Tampilkan postingan dengan label JRL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label JRL. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Agustus 2013

KEMBALI KE TAHUN 1998 BERSAMA SUGAR RAY DI HARI KEDUA JAVA ROCKIN’LAND 2013



Sugar_Ray01
Suasana nostalgia yang sangat terasa di panggung-panggung Java Rockin’land 2013 seperti mengental di hari kedua festival, Minggu (23/6). Tak terkecuali saat Sugar Ray naik pentas di Indosat Main Stage pukul 22.15, ribuan penonton yang berkerumun di depan panggung sudah siap dibawa naik mesin waktu menuju tahun 90an kembali.
Panggung masih black out tapi penonton yang tidak sabar sudah berkerumun ketika lagu “Indonesia Raya” diputar. Kemudian satu persatu personel Sugar Ray: si kembar Justin dan Jesse Bivona, Rodney Sheppard, dan sang vokalis Mark McGrath berloncatan ke atas panggung dan langsung membawakan “Speed Home California”. Mengenakan jas putih di atas kemeja hitam dan selempang batik, Mark McGrath dengan energik bernyanyi sambil berinteraksi dengan penonton. Setelah lagu berakhir, ia melepas jasnya yang sudah basah oleh keringat.
McGrath terlihat sangat gembira dan bahkan hampir terharu melihat antusiasme penonton yang dengan histeris menyambut mereka. “Seharusnya kami datang lima belas tahun yang lalu!”ucapnya, “Di sini seperti kembali ke tahun 1998.”
Setelahnya penonton langsung dihajar dengan “Someday”, salah satu lagu Sugar Ray yang paling terkenal, dilanjutkan dengan “Under the Sun”, “Answer the Phone” dan “Every Morning” yang praktis membuat ribuan orang ikut bernyanyi bersama mereka. Di jeda lagu banyolan dialog antara Mark McGrath dan Rodney Sheppard terus mengundang tawa penonton. Penonton masih panas ketika mereka melanjutkan dengan “Is She Really” dan “Iron Mike”. McGrath dan si pemain bass Bivona dengan lincah berlari-lari melintasi panggung. Kemeja hitam McGrath sudah terlihat kuyup oleh keringat.
Di jeda lagu, terdengar samar-samar gaung permainan band metal, Jasad, dari panggung Tebs yang terletak beberapa ratus meter dari Indosat Main Stage. McGrath terlihat kaget mendengar permainan mereka yang cepat. “What’s going on there? Is that… Is that Slayer?”ujarnya keheranan, “Hey, what’s up Slayer?!” serunya ke panggung Tebs yang langsung ditanggapi dengan tawa para penonton. “Hey, they play loud!”serunya sebelum memparodikan geraman seram ala vokalis grindcore.
Mereka melanjutkan pertunjukkan dengan “Falls Apart”, “Summertime’s Comin’”, dan “When It’s Over”. Sayangnya mereka sempat terhenti di tengah ketika memainkan “Blister in the Sun”, pasalnya Rodney Sheppard tiba-tiba tumbang dan muntah-muntah di belakang panggung karena tidak enak badan. Untungnya setelah beberapa saat ia kembali lagi ke panggung dan mereka melanjutkan lagu tersebut dengan Sheppard harus duduk di level panggung. Tak seberapa lama, sang gitaris terlihat sehat kembali, bangkit berdiri dan mereka memainkan “Meat Machine” yang dimedley dengan cover “Blitzkrieg Bop” dari The Ramones yang sangat ikonik. Teriakan “HEY HO LET’S GO!!!” dari ribuan mulut bergema di seluruh area venue.
Setelah itu, panggung kembali black out dan keempat personel Sugar Ray rehat ke belakang panggung sejenak sebelum kembali lagi untuk menyanyikan “RPM”. Di akhir lagu, McGrath mengundang dua orang yang beruntung dari penonton untuk naik ke atas panggung untuk pertunjukkan bernama “The Sugar Ray Free Style Karaoke”. Dua penonton tersebut, Marcel dan Dimas, harus tahan dikerjai McGrath yang iseng menyuruh mereka berdansa “Gangnam Style” ala Psy dan menyanyikan “I Gotta Feelin’” dari Black Eyed Peas. Beruntungnya, mereka berdua mendapatkan kenang-kenangan berupa T-Shirt official Sugar Ray langsung dari McGrath sendiri. Sugar Ray langsung melanjutkan pertunjukkan dengan lagu pamungkas “Fly”.
Pertunjukkan Sugar Ray, sebagai salah satu dari yang paling dinanti di antara pertunjukkan-pertunjukkan lainnya, berhasil memuaskan penonton Java Rockin’land 2013. Mereka sukses menjadi puncak paket nostalgia 90an yang ditawarkan Java Festival Production tahun ini.(Gis)
Photo by: Komang Adhyatma

Diterbitkan oleh KANALTIGAPULUH, 26 Juni 2013

TAMPILKAN BAND-BAND LAWAS, PENONTON DIPUASKAN MEMORI PADA JAVA ROCKIN’LAND 2013 HARI KEDUA


Sugar_Ray01
Setelah sukses dengan penyelenggaraannya di hari pertama, hari kedua Java Rockin’land 2013, Minggu (23/6) juga berjalan meriah. Seperti hari sebelumnya, headliners hari tersebut juga disesaki band-band yang berjaya di tahun 90an seperti Gigi, /rif, Pas Band, dan yang ditunggu-tunggu, Sugar Ray.
Open gate hari itu dibuka lebih awal, yaitu pada pukul 14.00 dengan penampilan Aftercoma di Dome Stage dan Sentiment Al Moods di Camden Juice MVRCK Stage. Konspirasi tampil di Tebs Stage pukul 15.30 dan Pas Band naik pentas pukul 16.00 di Rockin’land Stage. Setengah jam kemudian J-Rock mempesona penonton di Chevrolet Stage. Gigi tampil memuaskan di panggung terbesar, Indosat Main Stage pukul lima lewat. Jumlah penonton yang berkerumun di depan panggung utama saat itu cukup besar dan semuanya tampak antusias menikmati nomor-nomor lawas dari Gigi seperti “Janjiku”, “Nirwana”, “Kuingin”, “Damainya Cinta”, dan “Jomblo”. Penonton kembali digiring menuju tahun 90an saat /rif tampil di Rockin’land stage saat petang turun. Istimewanya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo turut hadir dan menonton di tengah kerumunan massa yang menikmati lagu-lagu hits /rif seperti “Jenny”, “Johnny Esmod”, “Radja”, dan cover dari Ikang Fauzi “Preman-Preman”.
Sementara itu jagoan-jagoan berbagai macam genre menghibur pendengarnya di beberapa panggung yang berbeda. Pentolan indie pop lawas Rumahsakit menghibur beberapa ratus pemirsanya dengan intens di panggung indoor Dome Stage, Roxx tampil di Tebs Stage yang terbuka dan panas, The Milo tampil di Propaganda Stage di dekat deretan foodcourt.
Menjelang pukul 8, band indie rock elektronik Gossip tampil memuaskan di Indosat Main Stage. Vokalis bertubuh tambun tapi cantik, Beth Ditto, menyapa penonton dengan gayanya yang manja namun tajam, menyanyi dengan enerjik dan menjelajahi panggung dengan bebas tanpa mengenakan sepatu. “I have to change my clothes, otherwise I will die!” katanya setelah setengah jam tampil, “Jakarta is killin’ me!”katanya tentang cuaca yang panas. Ia mengganti gaunnya yang berkilauan dengan dress putih yang lebih sederhana setelah bersimbah keringat. Tetap saja, ia melanjutkan aksi panggungnya yang penuh tenaga. Di lagu terakhir, ia bahkan turun dari panggung, memanjat barikade dan langsung terjun ke kerumunan penonton sambil mengajak mereka menyanyi dan berjingkrakan bersama.
Setelah aksi Gossip yang panas, giliran penggemar indie rock dan power pop dipuaskan dengan band Australia Last Dinosaurs di Rockin’land Stage. Mereka memainkan lagu-lagu mereka seperti “Time and Place”, “Sunday Nights”, dan “Alps”. Sementara itu penggemar grind core memadati Tebs Stage demi Dead Squad, dan penggemar folk memadati Propaganda Stage untuk menikmati Endah ‘n Rhesa. Go Chic, kuartet perempuan galak dari Taiwan mempesona pendengar-pendengar baru mereka di Chevrolet Stage. Mereka bahkan sempat menyiram air mineral pada gerombolan fotografer yang mengabadikan aksi mereka karena mereka berprinsip lebih baik aksi musik mereka didengarkan dan dinikmati daripada jadi objek pemotretan.
Sebagian besar massa tersedot ke panggung Indosat Main Stage pada pukul sepuluh malam saat Sugar Ray naik pentas. “Happy birthday Jakarta!” seru Mark McGrath mengawali set mereka malam itu. Dia terlihat sedikit terharu melihat antusiasme massa yang menyambut mereka malam itu. Dengan penuh energi, Mark McGrath, Rodney Sheppard, dan duo kembar Bivona menghibur massa dengan lagu-lagu mereka yang tenar di tahun 90-an seperti “Answer the Phone”, “Someday”, “Every Morning”, “Falls Apart”, dan “Is She Really”. Banyolan-banyolan khas Mark dan Rodney menambah lucunya penampilan mereka. Walau Rodney sempat turun panggung sebentar karena tidak enak badan, pertunjukkan terus berjalan dengan apik. Bahkan mereka sempat mengerjai dua orang penonton yang disuruh naik ke atas panggung untuk “The Sugar Ray Free Style Karaoke” di mana mereka harus secara spontan menari Gangnam Style dan menyanyikan “I Gotta Feelin’” dari Black Eyed Peas.
Sementara itu, band grindcore Jasad tetap asik sendiri menghibur para penggemarnya di Tebs Stage. McGrath sempat heran mendengarkan musik keras dan cepat dari Jasad yang gaungnya terdengar sampai ke panggung Indosat Main Stage. “Is that Slayer? What’s up, Slayer!”serunya sebelum memparodikan gaya bernyanyi ala band-band grindcore yang seram. Seperti tidak mempedulikan hebohnya Sugar Ray di panggung utama, Andra and The Backbone, Monkey to Millionaire, dan Superglad juga menghibur penontonnya di panggung masing-masing yang tersebar beberapa ratus meter dari panggung utama. Yang cukup unik adalah penampilan solo Kikan yang khusus membawakan hits-hits female fronted yang tenar di tahun 90an seperti Alanis Morisette dan Natalie Imburglia. Panggungnya yang berada di tengah taman tertutup Segarra membuat show itu menjadi intens dan hangat dengan sejumlah penonton yang duduk-duduk santai di rumput.
Pamungkas yang tepat untuk rangkaian pertunjukkan Java Rockin’land memang penampilan Steelheart. Unit slow rock gaek ini dengan energik memainkan nomor-nomor andalan mereka selama satu jam di atas panggung Rockin’land. Miljenko Matijevic dkk seakan mengabaikan usia mereka dan menghajar penonton dengan “I’ll Never Let You Go”, “Everybody Loves Eileen”, dan cover dari Led Zeppelin “Black Dog”. Walau sempat terkendala sound di lagu pembuka “Blood”, mereka tetap tampil maksimal. Puncak acara adalah “She’s Gone” yang menjadi encore. Vokalis Matijevic turun dari panggung, memanjat barikade dan bernyanyi di tengah kerumunan penonton dengan vokal melengkingnya yang tak lekang oleh zaman. Setelah lagu selesai, satu set pertunjukkan kembang api akhirnya secara resmi menutup rangkaian acara Java Rockin’land tahun ini.(Gis)
Photos by: Komang Adhyatma
Diterbitkan oleh KANALTIGAPULUH, 26 Juni 2013

COLLECTIVE SOUL DI JAVA ROCKIN’LAND 2013: PERTUNJUKKAN PERDANA YANG MEMUASKAN


Collective_Soul05
Bisa dibilang pengunjung hari pertama Java Rockin’land 2013, Sabtu (22/6) dipuaskan dengan band-band internasional yang berjaya dari tahun 90an. Baru saja Sixpence None the Richer menyelesaikan pertunjukkannya di Rockin’land Stage, Indosat Main Stage yang terletak beberapa ratus meter dari situ mulai hingar bingar oleh hentakan band rock legendaris asal Amerika, Collective Soul. Ribuan penonton praktis dibuat berjingkrakan dengan lagu pertama “Tremble for My Beloved”. Dibantu dengan set lighting terbaik yang ditawarkan Java Production, Ed Roland dkk mulai memuaskan kerinduan penggemar mereka dalam pertunjukkan mereka yang pertama di Indonesia ini. Seusai lagu pertama, mereka langsung melempar lagu kedua “Heavy” tanpa banyak basa-basi.
Ed Roland akhirnya menyapa penggemarnya dengan ucapan ulang tahun untuk Jakarta. Penonton yang tersebar di seluruh venue menyambut dengan meriah sebelum akhirnya mereka kembali dihajar salah satu single Collective Soul, “December”, yang tenar di tahun 95. Seakan mengabaikan usia mereka, Ed Roland terus dengan energik bernyanyi sambil berlarian di atas panggung ditimpali permainan gitar Joel Kosche dan Dean Roland, serta permainan bass Will Turpin.
Ribuan penonton, baik sejumlah besar yang berjingkrakan di depan panggung, juga yang menyimak sambil duduk-duduk di rumput, terlihat fasih menyanyikan serangkaian lagu-lagu hits mereka dari tahun 90an seperti “Listen”, “Gel”, “dan River Flows”. Di tengah-tengah durasi pertunjukkan, Ed Roland meraih gitar akustik dan memainkan “She Said” dengan syahdu dan apik. Namun, emosi penonton kembali dibikin panas ketika mereka membawakan “Hollywood”, pasalnya Ed Roland turun panggung sambil terus bernyanyi dan menyambut tangan-tangan penonton yang antusias di barisan depan.
Pertunjukkan yang meriah sempat direhat sejenak ketika terlihat pertunjukkan kembang api dari arah pantai. Ed Roland mengajak para penonton menyaksian kembang api yang menerangi langit Ancol itu. Seusai pertunjukkan kembang api yang kebetulan terlihat jelas dari arah panggung, sang vokalis kembali meraih gitar akustikanya dan memainkan intro “Run”. Penonton langsung bersorak ramai karena lagu itu sungguh membangkitkan kembali memori kolektif selama belasan tahun. Sontak venue dipenuhi nyanyian bersama “Have i got a long way to run?”. Dengan baik hati Collective Soul memperpanjang bagian coda lagu tersebut sehingga refrain yang ikonik itu bisa terus dinyanyikan.
Akhirnya set pertunjukkan harus diakhiri dengan “World”. Namun karena penonton terus-menerus meminta encore, mereka kembali lagi ke atas panggung untuk melempar tiga lagu, “Counting the Days”, “Shine”, dan “Fly”.
Nampaknya pertunjukkan perdana Collective Soul begitu memuaskan band gaek tersebut. “Butuh 19 tahun bagi kami untuk ke Indonesia. Kami berjanji kita tidak perlu menunggu lama lagi untuk pertunjukkan yang kedua.”ujar Ed Roland mengungkapkan kegembiraannya.(Gis)
Photos by: Komang Adhyatma
Diterbitkan oleh KANALTIGAPULUH, 26 Juni 2013

GALAKNYA SUICIDAL TENDENCIES DI JAVA ROCKIN’LAND 2013



SUICIDAL02
Hampir semua line up internasional di Java Rockin’land 2013 baru pertama kali berkunjung ke Indonesia, tak terkecuali Suicidal Tendencies. Band cross-over trash yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh penggemar musik cadas di Indonesia ini akhirnya menginjak nusantara setelah pertama kali terbentuk di tahun 1981. Saat konferensi pers yang digelar di sela-sela rangkaian pertunjukan Java Rockin’land 2013 hari pertama (22/6), Mike Muir mengaku sangat gembira akhirnya bisa menyambangi negara ini sampai-sampai ia datang beberapa hari lebih dulu ke Jakarta untuk berjalan-jalan dan menikmati suasana kotanya. “Saya sangat ingin kembali lagi ke sini. Semua orang sangat ramah dan saya merasa seperti berada di rumah sendiri.”
Satu-satunya founder yang tersisa dalam band ini mengaku bahwa perjalanan ke Indonesia sangat signifikan dalam perjalanan karir Suicidal Tendencies (ST) sendiri karena “…banyak orang di sini belum kenal dengan ST. Ini saatnya kami memperkenalkan musik kami pada para penggemar dari generasi baru.” Vokalis bertubuh tambun ini juga mengaku tidak gentar dengan perkembangan musik rock baru-baru ini. “New age of rock is never a threat! Perkembangan berbagai musik rock saat ini tidak pernah membuat kami takut tersaingi.” ujarnya. “Lagipula kamu tidak dapat memasukkan musik ST ke dalam suatu genre tertentu. Musik ST tidak dapat dibatasi pengkotak-kotakan genre.”
Semangat itu sangat terlihat di atas panggung ketika akhirnya mereka tampil di Indosat Main Stage malam itu. Terlihat sangat enerjik walau hampir semua bertubuh ekstra besar, para personel ST dengan lincah menjajah panggung dari ujung ke ujung. Mike Muir, Dean Pleasants, Rawbiz, dan Nico Santora dengan instrumen masing-masing menghentak panggung dengan energi yang seakan-akan tidak pernah habis diiringi gebukan drum si raksasa Eric Moore yang berbahaya. Mereka membuka pertunjukkan dengan “You Can’t Bring Me Down” yang langsung memicu huru-hara di area mosh pit. Balon besar Indosat yang bergulir di antara penonton segera menjadi korban, pecah berhamburan, karena ganasnya anak-anak muda dengan bandana di kepala yang saling berlompatan.
Dengan penuh kemarahan ST menggeber lagu-lagu andalan mereka seperti “Freedumb”, “War Inside My Head”, “Ain’t Gonna Take It”, “Subliminal”, “Send Me Your Money”, “Possessed to Skate”, dan beberapa nomor lainnya. Seperti belum puas dengan ganasnya audiens, Mike Muir menuntut circle pit yang lebih besar lagi sebelum mereka melempar “Cyco Vision”. Di lagu “I Saw Your Mommy”, Rawbiz si basis bertindak sebagai vokalis sambil terus membetot basnya yang saat itu terlihat mencolok karena senarnya yang berwarna hijau neon. Tak ingin tegang terus, suasana pit sempat dibikin dingin ketika Mike Muir “berkothbah” diiringi petikan gitar sendu di lagu “How Will I Laugh Tomorrow if I Can’t Even Smile Today”.
Di tengah pertunjukkan, Arian 13 vokalis Seringai ditunjuk sendiri oleh Mike Muir untuk naik ke atas panggung. Memanjat barikade dari tengah kerumunan penonton, Arian 13 naik ke atas panggung dan memeluk vokalis hardcore legendaris tersebut. “Katakan sesuatu pada teman-temanmu,”kata Muir pada Arian. Arian yang sedikit gelagapan karena tiba-tiba disodori mikrofon berseru, “Ngent*t, ini Suicidal Tendencies!!!” yang langsung ditanggapi dengan sorak sorai dengki ribuan penonton.
Puncak pesta benar-benar di penghujung pertunjukkan. Setelah satu jam menggetarkan panggung utama, ST melemparkan “Smash It” sebagai pamungkas. “Kamu! Kamu! Kamu! Naik ke atas panggung!” Mike Muir menunjuk sembarang penonton dari mosh pit untuk naik ke atas panggung. Tak ayal, audiens yang sudah galak menjadi semakin liar ketika puluhan orang memanjat barikade dan naik ke atas panggung. Puluhan penggemar ST dari segala usia, laki-laki dan perempuan, beruntung mencuri masuk ke dalam area panggung dan berjingkrakan bersama idolanya sambil terus meneriakkan “Smash It! Smash It!” Saat lagu berakhir, semuanya masih sempat berpelukan dan berfoto bersama para personel ST. Penampilan perdana Suicidal Tendencies di Indonesia benar-benar berkesan bagi penggemarnya malam itu.(Gis)
Photo by: Komang Adhyatma

Diterbitkan di KANALTIGAPULUH, 27 Juni 2013

SIXPENCE NONE THE RICHER MEMBUAI PENONTON DI HARI PERTAMA JAVA ROCKIN’LAND 2013


Band yang sempat booming di tahun 90-an, Sixpence None the Richer, sukses mengajak penggemarnya bernostalgia pada Sabtu (22/6) di festival Java Rockin’land 2013. Leigh Nash dkk tampil apik memainkan sekitar 14 lagu dalam pertunjukkan berdurasi sekitar satu jam di Rockin’land Stage. Show pertama Sixpence di Indonesia ini cukup memuaskan, walau ketika ditemui saat pers conference Leigh Nash terlihat masih jet lag karena baru tiba di Jakarta beberapa jam sebelumnya.
Mengenakan blouse hijau dan rok panjang, Leigh Nash dkk bermain didepan penonton yang memadati area depan panggung. Setelah membuka pertunjukkan dengan “Between the Lines”, Leigh Nash memberikan ucapan greetingsnya pada penggemarnya yang telah bersiap bernostalgia. “Saya dengar kota ini berulang tahun hari ini,”katanya tentang kota Jakarta. “Berikut ini adalah lagu ulang tahun kami untuk Jakarta.” ucapnya sebelum intro terkenal “Kiss Me” dilantunkan. Sontak audiens ikut bernyanyi dengan bersemangat. Beberapa pasangan terlihat makin erat berdekapan dan mereka yang datang bergerombol tampak makin akrab sambil menyanyikan lagu yang menjadi soundtrack beberapa TV series Amerika di tahun 90an itu.
Selanjutnya mereka memainkan lagu-lagu baru dari album “Lost in Transition” seperti “Safety Lines”, “Radio”, dan “Sooner than Later”. Sayangnya penonton terlihat agak bosan ketika mereka memainkan lagu-lagu yang tidak terlalu familiar di telinga penggemar di Indonesia seperti “Melody of You”, “Be OK”, dan “Ocean Size Love”. Penonton baru ikut bernyanyi ketika mereka memainkan cover version dari Skeeter Davis, “The End of the World”. Penonton kembali ikut bernyanyi ketika mereka memainkan “There She Goes”, juga lagu legendaris yang ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya.
Beberapa orang dari penonton terlihat meninggalkan area panggung setelah “There She Goes”. Mereka yang masih berkerumun di depan panggung menikmati dua lagu terakhir, “A Million Parachutes” dan “Love”. Sayangnya dua lagu andalan yang juga ditunggu-tunggu, “Breathe Your Name” dan “Don’t Dream It’s Over” tidak dibawakan hingga pertunjukan berakhir.(Gis)

Diterbitkan oleh KANALTIGAPULUH, 24 Juni 2013
http://www.kanaltigapuluh.info/sixpence-none-the-richer-membuai-penonton-di-hari-pertama-java-rockinland-2013/

SERUNYA JAVA ROCKIN’LAND 2013 DI HARI PERTAMA



Collective_Soul02
Java Rockin’Land hari pertama sukses digelar pada Sabtu (22/6) di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta Utara. Walau harus bersaing dengan berbagai event di Jakarta dalam rangka ulang tahun kota ini yang ke 486, ribuan penonton tetap memadati kawasan venue dari sejak menjelang maghrib hingga lewat tengah malam.
Rangkaian acara dibuka oleh Xirus di Chevrolet Segarra stage pukul 16.15, hampir berbarengan dengan paket metal Gigantor di Propaganda Stage. Namun para metal heads sore itu seakan digiring menuju Rockin’land Stage tempat Siksa Kubur mengajak penggemarnya headband. Menjelang senja di Tebs Stage para penggemar blues menghabiskan matahari sambil menonton penampilan Gugun Blues Shelter. Kerumuman penonton cukup meriah menonton aksi trio itu terutama Jono, yang kali itu tampil aneh mengenakan kacamata pink ditambah popok bayi sebagai topi di kepala, serta Gugun yang stay cool dengan topi jeraminya. Ketika petang turun, Edane mengguncang Main Stage, panggung terbesar dari tujuh panggung yang didirikan Java Rockin’land. Sementara itu Karnatra di Chevrolet Stage, Morfem di Propaganda Stage, dan Paper Gangster di Camden Juice MVRCK stage asyik sendiri menghajar para penggemarnya dengan lagu-lagu mereka.
Pukul tujuh hingga delapan malam, penonton mulai memadati tiap panggung yang ditawarkan. Sebagian memadati Dome Stage, satu-satunya panggung indoor di festival ini, demi Sore yang tampil maksimal dan intens dengan lighting panggung yang mempesona. Sementara itu di Rockin’land Stage, band rock asal Belanda, Kensington, sukses “menjajah” telinga penonton Indonesia mereka yang baru. Ditonton oleh sekitar seratus orang saja di panggung yang sedemikian besar tidak membuat mereka ciut. Mereka mampu memainkan emosi penonton sehingga terjadi pertunjukkan yang menyenangkan. Misalnya ketika mereka memainkan “We Got to Let Go” yang upbeat, mereka meminta penonton jongkok di tanah lalu melompat bersama-sama pada hitungan keempat, bersamaan dengan meledaknya irama lagu. Maka ketika lagu mulai semuanya berjingkrakan dengan seru walau banyak di antara penonton yang mengaku belum pernah mengetahui Kensington sebelumnya. Penonton juga dibikin tertawa ketika personel-personel Kensington mengucapkan “Sip! Sip!” berkali-kali sebagai salah satu kata ajaib berbahasa Indonesia yang mereka pelajari. Kensington mengakhiri set mereka dengan lagu berjudul “Kilimanjaro”, meninggalkan panggung dengan puas setelah berujar “Thank you very much, you guys are beautiful,” kepada audiens yang juga puas menonton mereka.
Sementara itu This Sanctuary, kelompok female fronted pop rock dari Sidney Australia juga memperkenalkan lagu-lagu mereka di Chevrolet Stage. Di waktu yang sama Navicula menghajar Tebs Stage dengan lagu-lagu mereka yang bertema sosial dan beragendakan penyelamatan bumi. Setelah itu berturut-turut Buronan Mertua di Propaganda Stage dan 7 Deadly Sins di Camden Juice MVRCK Stage menghibur pendengarnya masing-masing. Efek Rumah Kaca bersama Pandai Besi juga menyihir para penggemarnya sendiri di Dome Stage.
Sementara itu keriuhan para pendengar musik cadas tidak terbendung lagi di Indosat Main Stage yang memanggungkan Suicidal Tendencies. Ribuan penonton otomatis tersedot ke muka panggung dan segalanya mulai pecah ketika Mike Muir dkk memainkan “You Can’t Bring Me Down”. Balon besar Indosat yang bergulir di antara penonton segera pecah berhamburan ketika mosh pit yang sangat besar terbentuk untuk tempat melompat-lompat bagi anak-anak muda dengan bandana di kepala. Area Main Stage saat itu menggelegar dengan sing-along “Freedumb”, “War Inside My Head”, “Cyco Vision” dan nomor-nomor mereka yang terkenal lainnya. Di akhir pertunjukkan, Mike Muir mengundang puluhan orang dari penonton untuk memanjat barikade dan naik ke panggung bersama mereka. Penampilan kelompok cross-over trash legendaries dari Amerika itu benar-benar raw dan lepas, memuaskan para penggemarnya malam itu.
Setelah Suicidal Tendencies, penonton berduyun-duyun menuju Rockin’land Stage demi dibuai Sixpence None the Richer. Leigh Nash, bukan lagi gadis belia dengan rambut bob, tampil mempesona dengan blus hijau dan rok panjang. Mereka memainkan beberapa belas lagu, termasuk hits mereka “Kiss Me” dan “There She Goes” yang mengingatkan para audiens pada kenangan-kenangan di tahun 90-an. Mereka juga memainkan lagu-lagu baru dari album “Lost in Transition”. Sayangnya dua lagu yang ditunggu-tunggu para penggemar Sixpence, “Breathe Your Name” dan “Don’t Dream It’s Over” tidak sempat dibawakan.
Sementara itu 88 Balaz dari Taiwan memainkan lagu-lagu mereka di Tebs Stage. Band rock dengan basis perempuan ini bermain dengan sangat apik, sayangnya yang menonton mereka hanya segelintir orang saja. Di waktu yang hampir bersamaan Jukebox, Besok Bubar, March, Hightime Rebellion, Gribs, dan Down For Life juga bermain untuk beberapa puluh orang penonton saja di Chevrolet Stage, Camden Juice MVRCK Stage, dan Propaganda Stage.
Pertunjukkan yang utama tetap menjadi milik Collective Soul di Main Stage. Pukul setengah dua belas malam band rock legendaris asal Amerika itu membuka pertunjukkan dengan “Tremble”. Dibantu permainan lighting yang luar biasa malam itu, Collective Soul menghibur ribuan penonton, baik yang berdiri dan berjingkrakan di depan stage juga yang duduk-duduk di rumput setelah kelelahan mondar-mandir menyambangi tujuh stage. Penonton terlihat fasih ikut menyanyikan “December”, “Listen”, “Gel”, “She Said”, “River Flows”, dan nomor-nomor lain mereka yang terkenal. Istimewanya, pertunjukkan kembang api HUT DKI Jakarta dari arah pantai terlihat dari area venue. Collective Soul rehat sejenak bersama para penonton sambil ber “Oooooh…” dan “Aaaaah…” menonton kembang api. Sebelum para penonton selesai terpesona melihat kembang api, Ed Roland dkk langsung melempar hits single mereka di tahun 90-an “Run”, sehingga menjadi pertunjukkan yang sempurna. Setelah mengakhiri set-nya dengan “World”, mereka akhirnya kembali lagi ke atas panggung untuk tiga lagu encore: “Counting the Days”, “Shine”, dan “Fly”.
Setelah dipuaskan dengan Collective Soul, penonton terbagi dua: menuju ke Tebs Stage untuk Koil yang menghajar penontonnnya dengan lagu-lagu andalan mereka seperti “Arsitek” dan “Aku Lupa Aku Luka”, dan menuju ke Rockin’land Stage untuk Hellogoodbye dengan lagu-lagu power pop-nya. Pertunjukkan hari pertama itu selesai sesaat sebelum pukul dua pagi. Rangkaian Festival Java Rockin’land masih dilanjutkan esok harinya, Minggu 23 Juni 2013 dengan Sugar Ray, Steelheart, Last Dinosours, dan Gossip sebagai headlinersnya. (Gis)
Photos by: Komang Adhyatma
Diterbitkan oleh KANALTIGAPULUH, 26 Juni 2013

JAVA ROCKIN’LAND 2013 TELAH RESMI DIBUKA


DSC_1935
Penyelenggara festival musik rock yang digadang-gadang menjadi yang terbesar di Indonesia, Java Rockin’land, mengundang sejumlah rekan jurnalis pada Jumat (21/6) di Hotel Borobudur, Jakarta, dalam sebuah acara konferensi pers resmi. Dalam acara tersebut hadir berbagai pihak terkait, termasuk Menteri Pariwisata, Marie Elka Pangestu. Sang Ibu Menteri pada kesempatan itu menyatakan kegembiraannya akan terselenggaranya acara yang sempat mandek beberapa tahun belakangan tersebut. Menurutnya acara musik seperti ini sangat baik dalam mempromosikan pariwisata Indonesia pada turis asing. “Yang lebih penting lagi, acara ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang aman untuk dikunjungi.”ujarnya. Tambahan lagi, beliau menyatakan bahwa Kementrian Pariwisata berkomitmen mendukung bidang-bidang kreatif, termasuk musik.
Dewi Gontha, Presiden Direktur PT Java Festival Production, menyatakan bahwa “…persiapan kami hingga detik ini sudah sampai 98%. Semua instalasi di venue sudah berdiri, artis-artis juga sudah mulai berdatangan.” Beliau juga mengabarkan bahwa yang unik dari festival kali ini adalah fasilitas live streaming di akun Youtube resmi Java Rockin’land yang bisa diakses di seluruh dunia bagi penikmat musik yang tidak dapat menghadiri acara tersebut.
Menjawab kritik dari berbagai pihak, Java Rockin’land yang keempat ini tidak disponsori oleh perusahaan rokok. Untuk pertama kalinya, Java Rockin’land menggandeng provider seluler, IM3, sebagai sponsor utama. Pihak IM3 menyatakan bahwa mereka memberikan fasilitas super wifi di seluruh area venue bagi pengguna Indosat yang mengahadiri acara.
Dalam konferensi pers tersebut, tampil dua band luar negeri yang menjadi bagian dari line up. Yang pertama tampil adalah The Sanctuary dari Sidney, Australia. Band yang terdiri dari anak-anak muda berusia 19-22 tahun ini menampilkan dua lagu andalan mereka, salah satunya adalah “I Do” yang menjadi hits single mereka. Setelah itu tampil Kensington dari Belanda yang juga memainkan dua lagu, termasuk single mereka “Home Again”.
Dalam konferensi pers tersebut juga hadir beberapa artis dari line up yang memberikan greetings mereka, antara lain para personel dari Sugar Ray, Steelheart, Hellogoodbye, dan Go Chic. Mark McGrath menyampaikan kesenangannya bisa tampil di Indonesia dan dengan ramah berpose dengan gaya khasnya untuk para jurnalis.
Java Rockin’land 2013 ini berlangsung selama dua hari yaitu pada tanggal 22-23 Juni 2013 di Carnaval Beach Ancol, Jakarta. Di hari pertama akan tampil 7 band internasional termasuk Sixpence None The Richer, Collective Soul, Hellogoodbye, Suicidal Tendencies, dan 88 Balaz. Band dalam negeri yang tampil antara lain Efek Rumah Kaca, Koil, Edane, Morfem, dan Down For Life. Di hari kedua tampil 6 band internasional termasuk Sugar Ray, Gossip, Go Chic, dan Steelheart. Band dalam negeri yang tampil di hari kedua antara lain Gigi, Deadsquad, Jasad, Monkey to Millionaire, dan Superglad.(Gis)
Photo by: Komang Adhyatma

Diterbitkan oleh KANALTIGAPULUH, 22 Juni 2013

Kamis, 08 Agustus 2013

STEELHEART, MASIH SEKERAS BAJA DI JAVA ROCKIN’LAND 2013


Steelheart04
Segera setelah dibawa naik mesin waktu ke tahun 1990an oleh Sugar Ray, ribuan pengungjung Java Rockin’land hari kedua, Minggu (23/6) diajak menelusuri waktu lebih mundur lagi ke tahun 1980an oleh pentolan slow rock gaek, Steelheart. Segera setelah pertunjukkan dari Sugar Ray berakhir, para penggemar slow rock lawas tergiring antusiasme menuju panggung sebelah demi band yang mencapai masa keemasannya lebih dari duapuluh tahun lalu ini. Dipanggungkan di panggung terbaik kedua di perhelatan internasional itu, Milinjenko Matijevik dkk tampil maksimal sebagai pertunjukkan pamungkas dari rangkaian acara JRL 2013.
Mereka membuka pertunjukkan dengan “Blood”. Sayangnya lagu pembuka yang gahar itu terdengar sumbang karena masalah teknis di area sound. Lagu kedua “Gimme” juga mengalami kendala teknis, namun vokal melengking Matijevik tetap mempesona. Selanjutnya mereka menghajar dengan “Like Never Before” dan “Black Dog”, cover version dari Led Zeppelin. Total 11 lagu dibawakan oleh Miljenko Matijevic, Chris Risola, Rev Jones, dan Mike Humbert dengan enerjik. Aksi panggung mereka sangat muda dan gahar, berbanding terbalik dengan senioritas mereka. Matijevik bertelanjang dada sepanjang pertunjukkan, para gitaris dan basis mengenakan kostum kulit ketat, dan drummer terus menghajar di akhir lagu dengan solo-solo drum yang berbahaya. Matijevik juga terus menyibukkan kru panggung dengan terus berganti-ganti gitar setelah lagu berakhir. Kru panggung harus sigap menangkap gitar-gitar yang ia lemparkan setelah lagu berakhir. “Die Young” didaulat menjadi penghujung set mereka saat itu.
Namun, demi teriakan-teriakan penonton yang belum kenyang dengan penampilan mereka, Steelheart kembali lagi ke atas panggung untuk encore. Tidak tanggung-tanggung, lagu pamungkas yang mereka bawakan adalah lagu mereka yang paling legendaris, “She’s Gone”. Tampil total, Matijevik turun panggung, memanjat barikade besi, dan menuntaskan lagu tersebut di tengah lautan penonton yang mengerumuninya. Lengkingan “Lady!” yang berkali-kali naik beberapa oktaf membawa ribuan individu yang menyaksikan pertunjukkan mereka kepada katarsis total. Setelah panggung redup, pertunjukkan kembang api disuguhkan sebagai penutup tirai pertunjukkan Java Rockin’land 2013.(Gis)
Photo by: Komang Adhyatma
Diterbitkan di KANALTIGAPULUH webzine