Rabu, 26 Maret 2014

Tiga Album yang Tiba-tiba Saya Sukai Hari Ini

26 Maret 2014 adalah suatu hari Rabu yang cukup selo buat saya. Kebetulan juga, ternyata hari ini kuping saya juga lagi agak selo untuk mendengarkan lagu-lagu baru selama saya berkegiatan. Di bawah ini adalah tiga album yang saya dengarkan sambil lalu hari ini dan ternyata saya cukup suka.

1. At The Drive-In - Acrobatic Tenement (1996)





Album At The Drive-In yang pertama kali saya dengarkan adalah Relationship of Command (2000), dengan sound yang berat dan musik yang marah, sama marahnya dengan vokalnya. Lucunya ketika saya mendengarkan Acrobatic Tenement, saya menangkap esensi playfulness dan aransemen hasil coba-coba yang hanya bisa terekam di rilisan-rilisan pertama semua band di dunia ini.

Acrobatic Tenement masih terdengar mentah, jujur, dan nyaris asal-asalan. Tidak ada lagu di album ini yang langsung menghentak kuping dan ingatanmu seperti "Proxima Centauri" atau "One Armed Scissors" yang mereka produksi beberapa tahun kemudian. Namun saya sangat suka "Star Slight", track pertama di album ini. Lolongan vokal Cedric Bixer-Zavala mengawali setengah jam suguhan post-hardcore yang sangat, sangat muda, dan nyaris riang. At The Drive-In dalam Acrobatic Tenement adalah seperti versi adek-adeknya At The Drive-In dalam Vaya (1999) atau Relationship. Siapa sangka mereka bubar, bikin The Mars Volta, lalu dapet Grammy? (tapi saya nggak suka The Mars Volta).


2. Arctic Monkeys - Suck It and See (2011)



Mungkin ini adalah versi "capek"-nya Alex Turner, setelah terus-terusan, bikin album dan tur bersama Arctic Monkeys sejak 2006. Album ini sangat ringan, sangat enak didengarkan sambil naik motor siang-siang. Penggarapannya sangat matang, dengan sound yang cakep dan vokal yang nggak awur-awuran lagi macam Whatever People Say I Am, That's What I Am Not (2006). Atau mungkin ini hanya versi Alex Turner yang sudah melewati early 20s crisis, sudah bukan anak cowok gondrong, dengan T-shirt, sneakers, jeans and all. Alex Turner yang rambutnya harus disisir pomade dan sukanya pake jaket kulit.

Track-track pilihan yang cakep adalah "She's Thunderstorms", lagu yang mempertunjukkan kemampuan Alex Turner untuk mbribik cewek seksi dengan cara macak ngenes. Lirik-liriknya di sini memang jauh lebih personal daripada di album-album pertamanya. Misalnya "Brick by Brick" dan "All My Own Stunts" yang sudah menunjukkan indikasi kecenderungan menuju musik seksi seperti mereka di AM (2013). Ada juga "Piledriver Waltz", dengan lirik naratifnya yang menunjukkan kemampuan sastrawi Turner dalam menciptakan plot, karakter, dan setting dalam sebuah lagu berdurasi 3 menit saja.

Saya suka banget sama refreinnya nih:

You look like you've been for breakfast at the Heartbreak Hotel
And sat in the back booth by the pamphlets and the literature on how to lose
Your waitress was miserable and so was your food
If you're gonna try and walk on water make sure you wear your comfortable shoes


Menurut saya, Arctic Monkeys dalam Suck It and See membuktikan bahwa musik puitis nggak harus kalem dan lagu nggerus nggak harus ngenes.

3. Beady Eye - Different Gear, Still Speeding (2011)



Ketika Liam berusaha menulis lagu tanpa Noel, jadinya adalah band yang mirip Oasis: lebih cengeng dari Oasis, tapi nggak senggerus Oasis. Karena hanya Oasis band yang bisa bikin lagu sedih banget tanpa jadi cengeng.

Tapi Beady Eye lumayan. Tadi kami mendengarkan album ini di Krack! sambil nyablon poster Lelagu#8. Favoritnya mas Moki adalah "The Beat Goes On", lagu kedua terakhir dari playlist. Saya setuju bahwa lagu ini yang paling oke. Selebihnya, lagu ini lebih mirip Be Here Now versi pincang. Beady Eye adalah seperti satu tubuh yang kakinya sudah diamputasi satu lalu diganti kaki palsu dari emas. Walau ada dua personel Kasabian di band ini, ketiadaan Noel membuat mereka tetap tertatih walau masih terlihat glamor dan tabah.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar