Kalau kamu tiba-tiba terbangun di tengah-tengah keramaian kota, dengan keadaan telanjang bulat, yang mana yang mau kamu tutupi dengan kedua tangan? Kemaluan atau Muka?
Itu adalah pertanyaan yang sejak dulu tidak ingin saya jawab karena untuk menjawabnya berarti saya harus mencobanya.
Belum lama ini saya ditawari berfoto telanjang oleh teman saya yang muda dan berbakat, Mahar Gireta Rosalia, atau yang sering disapa Ocha "Lady Gorgom". Saya antusias dan penasaran, tapi belum ngerti mau foto telanjang yang kayak gimana. Ocha bilang, "Senyamanmu aja Gis, aku manut kamu kira-kira nyamannya kayak gimana." Pembebasan konsep ke saya itu malah membuat saya bingung sendiri secara muka saya gak cakep dan bentuk badan saya berantakan. Lagipula saya takut membuat keputusan yang salah dan frontal dengan mempublish aurat dalam frame fotografi.
Dari dulu saya menyadari bahwa sosok saya itu tidak kece sama sekali di foto. Tidak peduli berapa nilai yang saya capai yang tercantum dalam ijazah sekolah menengah dan sekolah tinggi, saya malas sekali menengok ijazah karena pas foto saya selalu kecu bukan kepalang. Dalam berfoto di suasana-suasana tertentu, saya juga tidak pede menampilkan ekspresi yang tidak biasa saya tampilkan. Saya selalu tersenyum menyeringai dengan sudut-sudut wajah tertentu, sampai saya bosan lihat foto saya sendiri.
Saya juga suka aneh dalam melakukan keputusan-keputusan frontal. Misalnya saya punya beberapa tato permanen di tubuh saya untuk alasan-alasan bodoh, padahal saya takut mengecat rambut dengan warna yang paling wajar sekalipun.
Sekarang Ocha sudah tidak tinggal di Jogja lagi, dan entah kapan dia mau main lagi ke kota ini. Kesempatan saya untuk difoto telanjang sama dia sudah tipis sekali, padahal saya baru tadi malam dapat konsep terbangun telanjang di kota itu tadi. Semoga suatu hari nanti entah bagaimana saya bisa mewujudkan imajinasi terbangun telanjang di tengah kota. Entah bagaimana pokoknya :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar