Semangat William Wordsworth memenuhi diri saya ketika kami sampai di tepi pantai malam itu, suatu malam Sabtu di bulan April. Kami berenam telah menempuh perjalanan yang hujan dan panas selama tiga jam, diakhiri menyusuri jalan setapak gelap yang diapit jurang sambil diawasi kawanan kunang-kunang.
Saya, Komang, Kicrit, Rendenk, Kewi, dan Nadia terhuyung-huyung menyusuri tepi air sambil mengangkut tenda, perbekalan, ransel, dan tripod. Saya sangat bersemangat karena akan kemping menginap di pantai yang sangat sepi, sesuatu yang sangat baru buat saya.
Kami mendirikan tenda di dekat sebuah pohon besar yang menaungi suatu mata air tawar di pantai itu. Pohon itu sangat besar dan penuh cahaya kuning kehijauan kunang-kunang yang magis. Di atas kami langit cerah berbintang, tapi di tengah laut sana kilat menyambar-nyambar. Pantainya landai dan berpasir putih halus, diapit bukit karang tinggi.
Ketika teman-teman saya membongkar muatan dan mendirikan tenda saya malah pergi ke tepi air dan memandang jauh ke samudera Hindia yang bergulung-gulung.
Dulu waktu ke pantai dengan teman-teman yang lain, teman saya pernah bilang, sambil duduk di pasir dan dibelai-belai gelombang, "Ini namanya aesthetic experience."
Mungkin saya juga mengalami aesthetic experience malam itu ketika melihat besarnya samudera di bawah luasnya langit. Saya jadi merasa kecil.
Setelah duduk mengelilingi kompor gas mini, makan mie dan minum kopi, kami tidur-tiduran di pasir, di bawah bintang-bintang, sambil mendengarkan ombak.
Dengan posisi tidur telentang Kicrit mulai menerangkan tentang posisi-posisi bintang yang selalu tetap, yang mana rasi bintang Gubuk Penceng, yang mana galaksi Andromeda. Lalu saya mulai bercerita tentang "My Heart Leaps Up"-nya Wordsworth di jaman Romantis yang mengajak kita kembali pada nikmatnya perasaan dibuai alam. Kita juga diajak untuk gumunan, tetap heran, tetap terkejut, supaya bisa terus menikmati hidup.
Malam itu kami mengobrol dan tertawa, berbaring beralaskan pasir yang hangat di bawah kami, dengan bintang-bintang yang seakan berserakan di atas kami, kunang-kunang beterbangan di sekitar kami, dan ombak yang mendebur karang di dekat kami. Mungkin aesthetic experience adalah itu, dipeluk bumi sambil dikelilingi oleh teman-teman terbaik.
Foto oleh Randy Surya Mukti
"My Heart Leaps Up" adalah puisi Wordsworth yang ditulis tahun 1800an. Kata-kata aslinya adalah "My heart leaps up when I behold the rainbow in the sky," mengajak kita untuk terus terheran-heran akan hal-hal alami yang terjadi di sekitar kita, yang kerap kali kita anggap biasa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar