Senin, 11 Maret 2013

Suatu Sore dengan Kicrit!


 


"Astrida Lastiya Kusuma: koe kudu moshing pas aku main nang acara pang2an tanggal 10 sesuk sayang... kumpulkan semua wanita kekar yang ada!"
comment di status Facebook saya ini lah yang membuat saya berangkat ke Tribute to Exploited (sportshall Kridosono, 10 Maret 2013) untuk menyelesaikan ibadah empat hari ngegig dari sejak Tujuh Nada kemaren. Astrid, atau Kicrit lebih tepatnya, adalah salah satu perempuan yang paling disukai di berbagai scene di Jogja. Menjadi vokalis band hardcore Trough Out dan band pop-punk Spank Thru, plus meliput untuk berbagai media dan menjadi EO untuk berbagai acara, membuat Kicrit menjadi nama yang lazim disebut di berbagai kelompok gosip underground, sekaligus menjadi pribadi yang dirindukan kalau sedang tidak hadir. Kicrit, walau sangat aware dengan pengkotak-kotakan genre, sangatlah kosmopolitan dan tidak terikat  komunitas. Dia kenal siapa saja. Bahkan saya pernah liat fotonya di sampul sebuah novel independen berjudul Serikat Jomblo waktu saya ke toko buku.

Sedangkan buat saya pribadi, si Kicrit ini adalah salah satu sahabat yang ikut mengelem hati saya akhir-akhir ini.

Ternyata memang si Kicrit ini sering menjadi tembok ratapan buat temen-temen yang sedang galau macem-macem. Yang ditinggal ceweknya lah, dibohongin cowoknya lah, dihindari gebetannya lah,  yang bandnya ancur lah, semua masalah boleh dibeberkan sambil menangis di bahunya Tante Kicrit. Lalu mulailah Kicrit memberikan wejangan-wejangan hebatnya yang bisa bikin dagu kita tegak lagi dan dada kita membusung lagi. Tapi apakah Tante Kicrit pernah galau? Pernah banget! "Kicrit sih galau terus uripe!" kata Rendenk sambil bercanda, ketika kami mengobrolkan kemungkinan Kicrit dan Gisa siaran di Kanal Tigapuluh untuk suatu acara curhat -__- . Tapi Kicrit selalu bisa menyerap energi positif dari sekitarnya, melakukan nasihat-nasihatnya sendiri, dan men-'cincai'kan masalah itu sambil terus tersenyum. Curhat menjadi menyenangkan dan galau jadi membanggakan.

"people never change. you only discover their different faces."

Makanya berada di sekitar Kicrit selalu menyenangkan, dan saya jadi niat banget mau ke acara pang-pangan tempat Through Out bermain kemaren. Saya ke sana sama Intan dan Rendenk, yang sedang bawa kamera dengan lensa fish-eye. Acaranya sendiri bisa dibilang sepi, soalnya sepertinya kurang promosi. Padahal band-band yang main di situ bisa dibilang oke-oke lho. Selain Through Out, ada Aselon, proyek sampingannya mas Adnan DOM 65. Ada juga Stupid Again, B.A.C, Chronic Disease, Selokan Mataram, Stronger Than Before dan band-band street punk/hardcore jagoan lainnya. 

Kami bertemu Kicrit di luar venue. Dan seperti biasa dia selalu cerah dan ceria, tapi salah kostum dengan sengaja. Dia pakai kaos TVRI yang kocak abis, lengkap dengan slogannya 'Menjalin Persatuan dan Kesatuan'. Dia memperkenalkan kami pada teman-teman bandnya, ada Ferry, Tata, Bogank, dan Aswin, juga pada pacarnya si Semprong. Kami masuk ke dalam venue nunut free pass mereka, lalu langsung ke samping panggung tempat kami bisa nonton band-band yang lagi main dan para anak punk yang terhuyung-huyung mabuk sambil moshing dan stage diving di ruangan yang lowong. Saya selalu suka lihat orang stage dive di ruangan yang hampir kosong.

Sambil menunggu giliran mereka onstage, kami ngobrol macem-macem. Segala macam, seputar gosip underground, proyek-proyek yang akan datang.... Dia seneng banget saya sudah 'keluar dari tempurung' dan menunaikan nasihatnya dari sejak malam yang berhujan itu di Djendelo Cafe. Misalnya main band lagi, nonton-nonton gigs, dan kemana-mana nyari temen baru. Saya jadi inget, waktu pertama kali main sama Summer in Vienna dan bantuin Tripping Junkie di acaranya UAJY kemaren, Kicrit datang, menyapa semua orang, dan menemani saya kemana-mana. Bahkan waktu Stronger Than Before main dia ga bisa tahan ga moshing dan akhirnya bener-bener mengangkat saya, saya yang terdiri dari daging dan darah yang gemuk dan berat ini, ke tengah crowd!

Ketika akhirnya dia naik panggung, penonton udah menyemut di depan panggung. Cewek dalam band rock, apalagi yang macam Kicrit gini, memang selalu membuat penasaran cowok-cowok (yang berusaha) cadas itu. Through Out menyenangkan sekali untuk ditonton. Para cowok naik panggung dan nyetem di atas panggung dengan santai. Kicritnya juga leha-leha asik ketika intro (Ironi) dimainkan teman-temannya.  Baru ketika naik ke panggung, dia langsung jadi leader yang mengatasi semua transfer energi dari band ke penonton. Mereka memainkan empat lagu setelah intro: Immortality, I Don't Wanna Holiday in the Sun (mengkover Exploited), Judge Me 'Cause I'm Not, dan lagu terakhir Step Ahead into the Real World. Di lagu terakhir, dia sempet stage diving ke arah para penonton yang laki-laki semua, lalu kembali ke atas panggung untuk membungkuk hormat.

"Ga takut disamuli po?"tanyaku saat dia sudah turun panggung. "Aku dah hapal jurus-juruse biar ga disamuli, Nduk!"katanya ceria. Lalu dia pergi untuk ganti kaosnya yang basah keringatan. Setelah kembali, dia sudah pakai kaos lain dengan rambut yang dikucir ke belakang.
 "Kamu tuh harus pinter salah kostum,"kira-kira gitu kata Kicrit tentang kaos yang sedang dilipatnya. "Misalnya kalau pas acara pang kayak gini, pakailah kaos TVRI. Kalau pas acara indie pop, pakailah kaos pang. Misalnya kaos DOM 65 mu yang kuning pink hyena itu." Dia sendiri ganti baju pakai kaos  Musim Penghujan, band post-rock Jogja. "Harus support band temen-temen di mana-mana."katanya. Harus terus beli rilisan temen-temen. Beli merch, datang ke gig. Kalau tour keluar kota pakailah kaos band teman-teman.





Sebelum pulang kami menculik XoBiz, teman street punk kami yang paling ngatitude. Dengan semua atribut punk dan mohawk warna-warninya, kami ga akan salah. Saya memotret Kicrit dan XoBiz bersama-sama. Kicrit menghadap ke tembok, memperlihatkan tulisan di kaosnya "Musim Penghujan" "Nanti kita edit, lalu kita share: Musim Penghujan adalah Pang! Padahal band post-rock galau, hahaha."







 Sambil mentertawakan idenya itu, saya memandang ke ruangan GOR yang ditaburi anak-anak punk. Dengan rok atau celana ketat yang penuh restleting, atribut, dan patches. Banyak yang bertato, berpiercing, atau sekedar berambut mohawk dan warna-warni. Banyak yang mabuk dan tidur dengan pewenya di laintai GOR, dininabobokan musik keras dari atas panggung. Banyak yang keringatan dan bau alkohol. Banyak yang mengajak kami kenalan. 

"Dulu pernah loh, hampir... hammmpiiiiiirrrr... make celana ketat kayak gitu. Udah beli emblem macem-macem. Tapi malah bingung sendiri. Njuk malah sama band hardcore. Gak ribet. Bersih. Yaudah."kata Kicrit tentang punk attire ketika melihat seorang cewek punk dengan celana penuh restleting lewat di depan kami.  

Saya jadi inget ketika saya pertama kali nonton acara punk. Waktu itu suatu hari Minggu saat kelas dua atau tiga SMA, di GOR Argomulyo, Sleman.  Acara yang besar banget, Dead You Rock Star #2 bikinan anak-anak punk Wirobrajan. Sejak saat itu saya ga pernah lupa rasanya siang-siang di hari Minggu nonton acara punk, dengan celana jeans ketat dan kaos berwarna gelap, masuk gedung yang gerah dan pengap, penuh aroma alkohol dan keringat, dengan suara musik yang kencang dan teman-teman yang bergerak-gerak liar. Sejak saat itu saya sempet gelisah. Gimana caranya pakai baju kayak mereka? Di mana bisa beli atribut pang kayak gitu? Mereka dengerin lagu apa aja? Orangtuaku marah gak ya kalo aku pengen ikut naik truk ke kota lain untuk nonton gig? Mungkin nasib atau ketakutan untuk mencoba yang membuat saya gak jadi ikut ngompreng naik truk, gak berani minum lapen, gak bisa ngerokok, gak berani pakai baju dan atribut, dan akhirnya gak jadi nyetrit pang. 
Mungkin scene street punk dianggap sebagai subkultur paling ekstrim di antara scene-scene kita. Perawakan dan penampilan anak-anak ini langsung menyatakan perlawanan tanpa ba-bi-bu seperti kata-kata njelimet di lirik lagu-lagu pop kritis. Beberapa kata favorit di lirik-liriknya seperti 'equality, drink, drunk, punk, street, die' cukup mengantar semuanya pada kesenangan yang keras, kasar, dan sederhana. Kegelisahan memang punya banyak muka. 
 
Selalu menyenangkan kembali dan kembali nonton acara punk, menikmati ekspresi teman-teman punk yang berani melakukan hal-hal yang tidak berani saya lakukan, menikmati kegembiraan komunal yang primitif, apalagi bersama teman secerah Kicrit.






Kicrit-Intan-Gisa-Ayu B.A.C

 


















Makasih buat Rendenk (Randy Surya Mukti) buat foto-foto Through Out-nya yang oke punya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar