Adalah seorang anak laki-laki yang merasa dirinya keren sekali. Anak itu berumur 20 tahun, dia anggota band yang sedang naik daun, fans di FBnya ada 2000 orang, dan kalau dihitung-hitung mantan ceweknya sudah lebih dari 20 orang. Segala macam cewek sudah pernah dia –menggunakan istilahnya –“cicipi”. Menurutnya sendiri, dan kebetulan tidak pernah dia menemukan kontranya, semua cewek pasti mau dengannya. Pertama-tama ketika kebetulan ada cewek yang dekat dengannya; misalnya cewek gaul yang dengan senang hati jadi groupis band-band yang sedang naik daun, atau gadis lugu yang membantunya mengerjakan PR di kampus, atau gadis bertato aktivis kelompok pecinta hewan yang memberinya seekor kura-kura, atau bahkan gadis galak menyebalkan yang ia iseng ingin permainkan; akan ia dekati. Mereka ia bikin besar kepala dulu, misalnya ia beri perhatian berlebih yang tidak wajar, atau untuk kasus-kasus tertentu ia akan mengejek-ejek mereka dulu sampai mereka nangis lalu ia akan minta maaf dengan wajah manis. Setelah mereka cukup akrab untuk diajak main yang agak jauh, ia akan melakukan apa yang ia inginkan. Setelah itu kadang-kadang cewek-cewek itu akan jadi pacarnya, tapi kadang juga anak laki-laki ini tidak mau. Tapi jika anak laki-laki ini pacaran pun, hanya bertahan beberapa minggu sampai tiga bulan saja. Ia akan bertingkah menyebalkan sampai si cewek ini tidak tahan dan harus menerima bahwa lelaki yang telah –meminjam istilahnya lagi -“mengisap madunya” bukanlah Sang Prince charming.
Anak laki-laki yang menganggap dirinya titisan Sang Casanova ini namanya Adi.
Akan tetapi Adi pun merasakan patah hati ketika ia bertemu dengan Ita. Ita ini bukan groupies jalang, anak lugu, aktivis idealis, atau gadis galak yang menyebalkan. Ita adalah gadis yang luar biasa biasa saja, baik sekali, dan berteman dengan banyak orang. Ita kebetulan bermain gitar dan bernyanyi di sebuah band baru. Dia keren seperti Kim Shattuck tetapi musiknya manis seperti April March dan Lenka dijadikan satu. Seperti apa bandnya itu bukan urusan kita. Yang jelas Adi suka sekali melihatnya manggung dan ia juga suka tato burung hantu biru di bagian dalam lengan atas Ita, karena Adi sendiri bertato sepasang burung walet merah dan biru yang kodian.
Seperti biasa Adi menempel gadis yang ia incar sampai dia mendapatkan apa yang dia mau. Memang Adi berhasil menciumnya beberapa kali. Tapi herannya, Ita enteng-enteng saja tuh. Ita ini tidak seperti gadis lain seumurannya (eh… waktu itu 17 tahun) yang masih heboh ketika mendapatkan ciuman pertama dan akhirnya nangis-nangis ketika sadar dirinya dipermainkan, bahwa ciuman pertamanya “dicuri” oleh cowok jahat yang “habis manis sepah dibuang”. Dan, jika Adi mau mengempiskan sedikit kepalanya yang sudah melembung itu dan menyadari apa yang terjadi, sebenarnya Ita lah yang menciumnya. Ita menciumnya ketika Ita mau. Ketika Ita tidak mau, misalnya ketika mereka sedang di bioskop nonton film, Ita tidak akan menciumnya. Ketika ia dipaksa, Ita pun kasihan dan menciumnya tapi matanya tetap mengikuti adegan yang berlangsung di layar. Biasanya tidak pernah seperti ini. Biasanya gadis-gadis itu memejamkan mata dan mengharapkan munculnya “kembang api” di kepala mereka ketika dicium, seperti ketika tokoh utama teen lit yang mereka baca berciuman dengan tokoh laki-lakinya. Bodoh sekali.
Singkat kata, Adi merasa Ita sudah berada di “genggamannya” selama beberapa bulan, dan ini sudah saatnya untuk “menghisap madunya”. Tapi Ita tampaknya tidak mau. Padahal yang ia butuhkan hanyalah beberapa jam di sebuah hotel murah di gunung, atau kalau Ita tidak mau ya Adi akan merogoh koceknya sedikit dalam dan menginapkannya di hotel yang sedikit mewah di kota agar mereka bisa berenang di malam hari. Atau jika Ita seperti gadis lain yang agak berbeda, setengah jam di pantai yang sepi setelah malam tiba, atau di antara semak belukar berbunga di tepi hutan, atau di kamar Adi sendiri yang sudah ia rapikan.
Tapi Ita tidak mau. Akhirnya Ita menjadi sebal padanya karena setiap kali mereka piknik Adi pasti selalu meraba-raba dan itu menyebalkan. Adi jadi merasa seperti seekor anjing pejantan yang tidak diinginkan betinanya.
“Kamu ini kenapa sih,” kata Ita sebal ketika pada suatu sore mereka piknik di hutan pinus dan Adi mulai meraba-raba lagi. “Menyebalkan, aku tuh gak mau!”
Adi pun bingung. Ita ini yang kenapa. Apakah dia ini terobsesi jadi Zoe Deschannel di 500 Days of Summer? Adi kenal banyak gadis lain yang setelah menonton film itu jadi terobsesi dan ingin mempermainkan cowok-cowok.
Yang jelas setelah itu Ita tidak mau berteman dengannya lagi. Smsnya cuma dibalas sekenanya, teleponnya hanya diangkat ketika perlu (telepon gak penting gratisan malam-malam itu tidak pernah ia gubris lagi), dan wall FBnya tidak pernah ditanggapi.
Adi heran sekali. Biasanya cewek-cewek SMA ini akan menggelayutinya karena takut kehilangan “lelaki yang telah mendapatkan ciumanku yang berharga”. Biasanya cewek lain akan dengan manja bertanya apa maunya dan kenapa Adi terus menciumnya tanpa minta cewek itu jadi pacarnya (“Kita ini sebenarnya pacaran gak sih?” ). Tapi Ita ini lain. Sepertinya anak ini seenaknya saja mencium orang. Apalagi dia sudah sampai tahap diraba-raba oleh Adi, dan dia hanya menanggapinya sebagai perbuatan yang “menyebalkan”. Anehnya, Ita bukan gadis jalang biasa yang mengumbar badan ke mana-mana. Ita ini anak manis yang biasa saja.
Pada suatu hari Adi dan bandnya sepanggung dengan band Ita, venuenya di sebuah SMA di kota itu. Setelah tampil, di belakang panggung mereka kebetulan ketemu, lalu mengobrol ramai bersama teman-teman mereka. Ita sepertinya sudah tidak marah lagi. Karenanya Adi memberanikan diri mengajak Ita pergi ke stand hamburger. Adi tahu Ita paling suka makan hotdog yang disiram saus daging. Setelah makan hotdog berdua, Adi meminta Ita mengantarnya ke kamar mandi karena ia ingin kencing. Kamar mandi itu berada di ujung lorong yang sepi dan gelap karena saat itu malam hari. Adi menggandeng Ita dan agak berlari melintasi lorong itu. Dia sangat penasaran dengan gadis ini.
Sesampainya di kamar mandi, Adi melemparkan Ita ke dalam satu bilik, mengunci pintunya dan mulai. Ita terkejut karena ulah temannya yang kurang ajar ini. Tiba-tiba Ita meraih tangan Adi yang sudah mulai ke mana-mana itu, dan menekannya ke tembok. Dengan cepat dan kasar Ita menekan tubuh Adi ke tembok bilik dengan tubuhnya sendiri dan mulai menciuminya. Dan ketika Adi mulai mengerti dan menanggapi, Ita meninggalkannya, keluar dari bilik dan membanting pintu bilik di belakangnya. Dari dalam bilik Adi mendengar langkah kaki Ita yang berlari sepanjang lorong. “Sial!” batinnya. Dia merasa sangat menderita.
Adi tidak bertemu Ita lagi di belakang panggung. Ia langsung pulang. Ia telah mengirim banyak sms minta maaf pada Ita tapi gadis itu tidak membalasnya. Adi merasa bersalah dan merasa agak keterlaluan. Ita pasti marah padanya lagi, tapi yang dia tidak mengerti, kenapa gadis itu membalas menciumnya, dan bahkan caranya mencium itu tidak seperti gadis biasa umur 17 tahun. Ita menciuminya, bukan hanya menciumnya.
Sebelum tidur malam itu Adi menyalakan komputernya dan ternyata dia mendapat pesan panjang dari Ita di FB. Dengan bersemangat Adi membacanya, tapi kemudian terhenyak tidak mengerti.
Maaf ya, pasti kamu tadi menderita. Aku sungguh kasian padamu, kamu ini bodoh dan gak tau apa-apa. Kamu ternyata hanya cowok biasa yang lugu dan kasar.
Keterlaluan sekali. Mungkin dia memang bego, dan tindakannya tadi memang sedikit kasar, tapi menilik pengalamannya dia ini bukan cowok yang lugu sama sekali.
Menjadi temanmu sungguh menyenangkan, tapi kelakuanmu itu tidak sopan sama sekali, membuatku harus kehilangan seorang teman yang baik seperti kamu.
Tapi kamu harus tahu, perbuatanmu itu menyedihkan. Beneran. Bahkan, kamu ini mengibakan. Kamu gak pernah menyadari bahwa tubuh itu tidak lebih berharga daripada hati. Kamu bisa saja menciumku, dan kalau aku mau aku bisa saja ngefuck sama kamu. Tapi menurutku ngefuck gak pake hati itu gak enak sama sekali.
Aku kasian sama kamu. Kamu kira kamu sudah mendapatkan segalanya ketika kamu berhasil “memperdaya” cewek dan mengajaknya bercinta. Padahal aku yakin kamu ini gak pernah bercinta. Kamu hanya bersenggama, menggunakan naluri seperti binatang. Kamu gak akan mendapatkan kepuasan nurani yang sejati dengan cara seperti ini. Kamu ini bodoh dan lugu, seperti anak monyet yang belum berevolusi.
Aku kasihan padamu. Aku yakin kelak ketika kamu sudah jadi item dan gendut dan botak, kamu gak akan mendapatkan anak ABG lagi. Kamu harus membayar untuk bersenggama, dan kamu akan telat menyadari bahwa kamu kena karmanya. Nggak ada cewek yang mau sama kamu, dan kamu nggak akan pernah merasakan gimana rasanya bercinta. Kamu akan kesepian dan ditinggalkan. Yah, aku yakin kamu gak akan menikah sampai lamaaa sekali, kamu harus ke biro jodoh dan pasang iklan di koran. Karena kamu menyia-nyiakan kekuatan nuranimu dan tidak membiarkannya terpuaskan, dengan mencari satu cewek saja, mencintainya dan mengajaknya bercinta. Kasihan, kasihan.
Apa ini?? Kurang ajar sekali, anak ini menyumpahinya jauh jodoh! Dasar, ngoceh apa sih anak ini? Bercinta? Bersenggama? Apa bedanya? Apa menurutnya bercinta itu harus di dalam kamar yang tertutup dengan tempat tidur berukir dengan kelambu beluduru, taburan kelopak mawar di atas seprei, dan lilin-lilin temaram? Mau di tempat tidur antik kek, mau di kamar mandi kek, sama aja kan intinya? Dasar aneh.
Hati itu lebih penting daripada tubuh. Kalau mau aku bisa saja menciummu, ngefuck denganmu, tapi kamu gak akan mendapatkan hatiku. Kamu juga telah menyia-nyiakan banyak hati yang lain. Kamu kira kamu telah mengoleksi ciuman pertama dan keperawanan banyak gadis, tapi sebenarnya. Kami tidak menyerahkan apa pun ketika kami pertama kali dicium, atau pertama kali berhubungan seksual. Kami menikmatinya, dan kami bisa saja menolak. Kami tidak akan memohon-mohon meminta cowok itu jangan pergi, atau menghancurkan diri sendiri ketika ia yang telah pertama kali berhubungan dengan kami pergi, karena laki-laki yang hanya mementingkan keperawanan gadisnya itu adalah laki-laki busuk, maniak yang pikirannya hanya ngeseks saja seperti binatang.
Tubuh perempuan adalah milik perempuan, bukan milik lelakinya. Lelaki yang menganggap tubuh perempuannya adalah propertinya adalah lelaki bodoh, lelaki kampungan yang pikirannya tidak berkembang. Maka, jangan kamu bangga ya. Kamu ini tidak mengoleksi apa-apa. Bahkan aku kasihan padamu, karena kamu tidak punya hati siapapun yang mencintaimu. Kasian.
Pesan itu berhenti di situ. Adi terhenyak, hatinya sakit karena rasa bersalah dan malu. Selama ini dia tahu dia jahat. Tapi dia tidak tahu bahwa dia bodoh. Dia kira dia telah membodohi banyak gadis, tapi dia sendiri yang bodoh. Kejahatannya pada mereka suatu hari nanti akan berbalik padanya. Saat ini dia merasa dia sangat mirip “laki-laki busuk, maniak yang pikirannya hanya ngeseks saja seperti binatang” dan dia tidak bangga akan itu.
Pesan ini menjelaskan jalan pikiran Ita yang aneh. Menjelaskan kenapa Ita mau dicium dan diraba-raba, tapi tidak mau menuruti Adi yang menginginkan tubuhnya seutuhnya. “Tubuh perempuan adalah milik perempuan” Ita berbuat sesukanya, selama dia suka, dengan tubuhnya. Tetapi “Hati lebih penting daripada tubuh.” maka Ita tidak membagi hatinya sembarangan.
Adi tidak membalas pesan itu. Dia merasa malu. Dia sedikit banyak takut jika apa yang diprediksi Ita akan terjadi, bahwa ia akan jauh jodoh dan ditinggalkan karena semua gadis telah ia sakiti. Memang tidak semua gadis berpikiran seperti Ita, tetapi setelah itu seakan keajaiban terjadi. Adi jadi lebih menghargai para perempuan dan tubuh mereka. Ia tidak pernah mempermainkan gadis-gadis lagi.
Suatu ketika, Adi membicarakan Ita dengan temannya yang lain, yang lebih senior. Katanya, dulu Ita waktu masih lima belas tahun pernah pacaran dengan seorang rockstar betulan yang bandnya sudah tour sampai ke Eropa. Dulu katanya Ita adalah cewek groupis gila-gilaan, sama sekali tidak manis. Si Rockstar katanya telah “menghancurkan” gadis itu. “Setelah cowok itu mencampakkannya, Ita balik lagi ke sini. Dia menyingkirkan semua rambut warna-warni dan stoking jala-jalanya, dan jadi cewek normal kayak sekarang.”
Oh jadi begitu, Adi bergumam dalam hati. Memang cewek keren tidak muncul begitu saja dari dalam tanah. Adi menduga-duga, si rockstar pasti dulu sangat keterlaluan padanya. Tapi lucu sekali, seakan dunia ini terdiri dari puzzle yang saling melengkapi. Pengalaman menyakitkan Ita dulu membentuknya menjadi gadis istimewa yang tegar, dan ia pun melintas di hidup Adi untuk menyelamatkannya dari perbuatannya sendiri.
Gisa, 24 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar