-exorcism Gereja Katolik, upacara pengusiran setan yang ternyata didasarkan oleh ritual pagan purba untuk mengusir, dan juga memanggil, kekuatan jahat.-

Menggunakan logika modern dan teknologi termutakhir untuk menguak misteri-misteri paling purba, The Lost Symbol dari Dan Brown adalah sebuah buku ilmu pengetahuan dengan plot thriller menegangkan yang membuat kita mustahil meletakkannya sebelum selesai. Mari kita mengesampingkan berbagai hoax yang disajikan novel ini, karena mempercayai berbagai idenya sangatlah menyenangkan!
Katherine Solomon, perempuan jenius episode ini, adalah ilmuwan Neotic yang percaya bahwa pikiran manusia adalah materi nyata yang memiliki berat dan massa. Karenanya, pikiran manusia dapat mempengarui dunia fisik secara harafiah. Pikiran manusia dipercayai memiliki massa, maka ia memiliki gravitasi. Benak manusia mampu secara harafiah menarik benda fisik jika terpusat dengan baik. Pikiran manusia yang terpusat dan terkonsentrasi dengan baik bisa mendatangkan apa yang biasanya disebut keajaiban: dukun yang menyembuhkan sel kanker dengan tenaga dalam, air penyembuh yang pola tetes airnya tersusun indah karena didoakan, dan bahkan Yesus yang mengubah air menjadi anggur.
Ketika banyak manusia berkumpul bersama dan memusatkan pikiran pada satu topik, misalnya dalam kelompok doa dan kelompok koor, secara tidak sadar benak manusia menyelaraskan diri masing-masing, mencocokkan diri masing-masing, dan menjadi kompak.
Pikiran manusia adalah kekuatan yang sangat besar. Maka, manusia harus berhati-hati dalam cara berpikirnya. Pikiran manusia adalah hal yang unik, dan manusia sekarang baru mengupas kulit terluarnya saja. Katherine mencoba membuktikan bahwa pikiran manusia mampu membuat berbagai keajaiban dengan kemampuannya yang ternyata sangat dahsyat.
Katherine bahkan dengan berani menimbang jiwa manusia. Dan ternyata, menurut eksperimennya yang sangat berani, jiwa manusia itu nyata. Ia punya massa, yang hilang ketika manusia yang sedang meninggal ditimbang! (ya ampun, memasukkan manusia yang sedang sekarat ke dalam timbangan!) Dengan eksperimen ilmiah, Katherine Solomon menjawab pertanyaan filosifis kuno: apakah jiwa manusia akan "terus" setelah meninggal? ataukah ia hilang bersama tubuh yang taklagi berfungsi?"
Peter Solomon, Kakak Katherine, seorang bangsawan Freemason, menawarkan pengetahuan yang lebih dahsyat lagi: Manusia adalah Tuhan.
Mr. Solomon percaya bahwa setiap Kitab Suci di semua agama memaparkan fakta ini sekaligus menyembunyikannya dalam sandi dari manusia yang "tidak layak". Menurutnya, Alkitab terang-terangan mengatakan "Kerajaan Allah ada di dalam kamu". Bagavad Ghita, Al-Quran, Wreda, dan kitab-kitab lainnya juga menyatakan hal yang sama. Hanya saja, pengetahuan ini disandikan dalam alegori dan metafora, sehingga hanya mereka yang mampu mengertilah yang aman untuk mempercayai misteri ini. Manusia tidak seharusnya mempercayai Kitab Suci secara harafiah, efeknya bisa sangat berbahaya. Kisah-kisah dan perumpamaannya harus digali lagi sehingga manusia bisa melihat inti dari pembelajaran tersebut.
Ketika manusia mengerti bahwa mereka adalah Tuhan, manusia menyadari bahwa mereka selama ini dengan sia-sia mengira mereka adalah ciptaan. Mereka berdoa, memuja, dan memohon ampun pada Ia yang di Atas sana untuk melindungi kehidupan mereka. Padahal seharusnya mereka mencari di dalam diri mereka sendiri. Manusia diciptakan menurut citra Allah. Manusia keliru dalam mengartikan "citra" atau "rupa" sebagai tampilan fisik. Padahal tubuh manusia telah berevolusi selama berjuta-juta tahun. Yang merupakan citra Allah adalah pikiran manusia, yang tersembunyi di dalam temple (pelipis). Otak manusia merupakan teknologi satu-satunya yang digunakan oleh manusia purba, dan mereka mempelajarinya mati-matian. Masalahnya seiring berjalannya waktu manusia lebih memikirkan hal-hal lain di luar diri mereka, bukannya alat mereka untuk berpikir itu sendiri.
Dengan mempercayai bahwa kita adalah Tuhan, maka kita akan melihat Tuhan di mana-mana: di keluargamu, pada teman sekelasmu, dosenmu, orang gila di jalan, pembantu di rumahmu, bahkan teman sekelasmu yang paling menyebalkan dan paling jelek rupanya. Agak absurd ya. Ketika membaca gagasan yang spektakuler ini, aku merasa meledak. Tapi kemudian aku merasa kehilangan. Aku merasa kehilangan Tuhan yang Maha. Kalau aku adalah Tuhan, maka siapa yang akan melindungiku? Siapa yang bertanggung jawab akan aku? Siapa yang menghakimiku dan memeliharaku setelah aku mati? Apa aku harus mengandalkan diri sendiri? Kurasa setiap manusia punya kebutuhan akan Tuhan, yang bisa disalahkan dan dimintai pertolongan kalau sedang susah, dan diterimakasihi ketika sedang gembira.
Aku jadi pusing, jadi aku teruskan saja membaca.
Mr. Solomon membuat kita percaya bahwa ada dunia di luar sana yang secara kasat mata tak terlihat, tapi secara langsung berhubungan dengan dunia yang kasat mata. Kekuatan-kekuatan itu terbagi menjadi dua: Yang Terang dan Yang Gelap. Jika dipanggil secara tepat, kekuatan-kekuatan tak terlihat itu bisa dibujuk untuk mewujudkan permintaan. Sebagai penukar atas pertolongan yang telah diberikan, kekuatan-kekuatan ini meminta persembahan: doa-doa bagi Yang Terang, dan pertumpahan darah bagi Yang Gelap (hal. 503). Yang ini mendorongku jadi rajin berdoa, karena ini mendukung pernyataan: berdoalah maka keinginanmu akan terkabul. Yang ini juga sedikit menerangkan tentang praktek ilmu hitam dan santet dan segala mitos tumbal yang misterius di negeri-negeri eksotis seperti Indonesia.
Robert Langdon, profesor jenius ini, tetap saya nobatkan sebagai superhero favoritku setelah selesai membaca novel ini. Karakternya sebagai akademisi yang biasa-biasa saja menurutku lebih hebat daripada cowok-cowok kekar yang bisa terbang dalam pakaian ketat. Dalam novel ini, Robert Langdon, entah dengan bercanda atau tidak, menyatakan dirinya seorang Katolik, dengan mengatakan bahwa dia ikut aliran kepercayaan yang pada setiap hari Pagan Dewa Ra dia berlutut di bawah alat penyiksaan kuno dan mengonsumsi kurban simbolis dari daging dan darah (maksudnya sakramen Ekaristi setiap hari Minggu). Tapi saya kecewa. Ternyata simbolog adalah profesi fiksi. Tidak ada seorangpun simbolog di dunia nyata.
Ada banyak hal yang bisa dipelajari dan diketahui dengan membaca The Lost Symbol; termasuk ilmu sejarah, sains, filsafat, teologi, perbandingan agama, simbologi, dan arsitektur. Ide-idenya sangat menarik, dan sangat menyenangkan untuk dipercayai, walaupun kita harus tetap skeptis karena Dan Brown terkenal dengan distorsi faktanya untuk kebutuhan dramatisasi. Yang lucu, plot menegangkan dan progresif plot ini malah mengganggu penyerapan detail ilmu pengetahuannya: seharusnya bisa dibaca pelan-pelan, dinikmati, dan diserapi, tapi keburu penjahatnya ngejar jadi kita buru-buru baca dan membalik halaman untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya.
Bagi yang sudah membaca Bilangan Fu-nya Ayu Utami, mungkin bisa mengerti. Bilangan Fu adalah novel tanpa plot yang tidak enak untuk dibaca cepat-cepat. Membaca Bilangan Fu, kita bisa berhenti di beberapa titik, merenungkannya sebentar, lalu menuliskan idenya dalam buku catatan. Bilangan Fu seperti buku pelajaran yang dipelajari pelan-pelan sepanjang semester. Lucunya juga, Bilangan Fu menyajikan misteri-misteri kuno lokal Jawa untuk pembaca modern dengan cerdas dan menarik, seperti halnya The Lost Symbol menyajikan misteri-misteri kuno barat. The Lost Symbol masih lebih banyak memberi contoh dengan kisah-kisah Kristen dan Yesus daripada dengan agama-agama yang lain, mungkin karena Dan Brown lebih familiar dengan agama itu.
Saya beli versi paperback The Lost Symbol terbitan Bentang. Terjemahannya sangat enak dibaca dan bagus, bahkan si penerjemah mengalih-bahasakan kosa kata teknikal seperti "peretas" dan "peramban", yang biasanya bahkan tidak kita terjemahkan secara verbal dalam dunia nyata. Aku beli di Togamas waktu pameran, harganya 70ribuan. Sebelnya, beberapa hari sesudah itu, Togamas mendiskon lagi untuk versi hadcovernya, harganya jadi 80ribuan. Di Periplus, versi bahasa Inggrisnya harganya juga 80ribuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar