Minggu, 07 November 2010

Stories


Sometimes I had an imagination....
When I leave my bookshelves at night, the characters in the books just come out of them, and they go around and shift places, visiting the other characters from the other books, have a chit-chat and social life.
They are so transparent, tiny as the fonts, and have tiny voices so you can hardly see nor hear them.
And when I pick a book to read that night, the characters goes inside the book again, just to enter my mind through my reading eyes, and play their roles inside my head.


Sekarang, aku lagi baca Madame Bovary dari Gustave Flaubert untuk kelas Prose, juga Laura Wilder punya Little House in the Big Woods dan J.D. Salinger punya The Catcher in the Rye.

Yang terakhir ini aku pinjem dari perpus kampus dan aku fotokopi ketika semester dua, Maret 2009. Saat itu aku habis menerbitkan zine kami For the Dummies yang membahas tentang John Lennon, jadi kepalaku waktu itu semacam terjejali detail-detail pembunuhannya, termasuk bahwa pembunuhnya membawa novel ini waktu dia membunuh Lennon. Semacam... yah, crazed about it I suppose. But then, I found out that I was too lousy to read this stuff! Semester dua dan masih sombong setelah menyelesaikan The Bluest Eye nya Toni Morisson, aku tersadar bahwa aku ni cuma wong Jowo yang kebetulan belajar bahasa Inggris intensif setaun itu, dan aku belum sanggup bacanya! Untunglah, sekarang di semester lima aku bisa baca novel itu, just for killing time. Waktu itu aku cuma bosen baca Madame Bovary, dan aku ambil novel itu, aku baca satu chapter, dan sekarang sudah chapter 12, dalam satu hari!

Novel ini, well, sebenernya kalo aku ditanyain plotnya kayak gimana, aku juga masih bingung. Actually this is just piece of agony, a novel composed out of a bored boy's whining. Sejauh ini novel ini cuma tentang anak cowok yang terserang kebosanan akut, misah-misuh, gagal sekolah, gagal bercinta, gagal dalam kehidupan sosial, pembohong besar, dan lain sebagainya. Dia selalu mengira semua orang yang dia kenal adalah phonies, munafik. Yaah... sebenernya kalo dia akhirnya ketemu orang yang dia pikir bukan phony adalah orang yang sama gagalnya, sama canggungnya, sama tidak menariknya, sama bosannya sama dia. Novelnya enak dibaca, mengalir, ga terlalu susah bahasanya.


-Huck and Jim on the raft-

Sebelum ini aku (akhirnya!) selesai baca Huckleberry Finn yang katanya dosennya gampang dibaca, karena ceritanya dinarasikan oleh anak kecil dengan bahasa lisan. Ternyata, maaak!!! Penuh aksen Southern dan Black English! Sama aja kayak bule yang baru belajar bahasa Indonesia sambil baca Pram Ananta Toer, lalu tiba-tiba disuruh baca Lupus! Kelabakan karena banyak kata yang enggak ada di kamus! Untungnya novelnya berakhir hebat, menyenangkan dan lucu, jadi bacanya lumayan seneng. Nah, jadi si The Catcher in the Rye ini novelnya juga ditulis dengan bahasa lisan, tapi lebih gampang dibaca buat pelajar asing.


-Holden Caulfield, the bored boy who thinks all of you are phonies!-


Karena sedang krisis di daerah sini, aku punya waktu banyak untuk baca-baca dan nonton pilem. Hahaha... bukannya jadi relawan. Soalnya gak boleh je jadi relawan, padahal ga enak banget rasanya di rumah sendirian, enggak ngapa-ngapain. Paling kontribusiku cuma apdet status ama forwardin sms.
Anyway, tadi akhirnya aku nonton 500 days of Summer!!! Telat banget bukan? hahahaha...
Nah, ini dia review saya: BULLLLLLLSSSSSHIIIITTTTT!!!!!!!!
Yeah, si Zooey Deschannel bener-bener cuantik dengan matanya yang sangat terang turkois, membelalak imut pada si Tom Hansen di ruang fotokopi, lalu Tom Hansennya juga ganteng banget... tapi oh... anybody trying to be like Summer Finn or to have an admirer like Tom Hansen.... well, she's out of her mind!

Filosifi Summer Finn tentang hubungan, well, kalo ada orang yang bener-bener merumuskan sebuah filosofi mengenai hubungan pria dan wanita, yaitu bahwa dia enggak mau pacaran, itu artinya dia orang yang paling memikirkan tentang pacaran di dunia ini. Lalu, aku gak kenal ada cowok ganteng yang segitunya curhat sama temen-temen cowoknya tentang cewek yang dia enggak bisa dapatkan. Lalu mana ada adik cewek bijaksana kayak Rachel di dunia ini??? Kalo ada, well, dia pasti terlalu menakutkan untuk memiliki pengalaman sosial seperti si Rachel ini, temen-temennya akan menjauhinya.

Tapi, tetep aja ini film yang patut ditonton, diluar kenyataan bahwa semua temenmu nonton film ini, film ini memang dikemas bagus banget! Warna-warnanya bagus, lagu-lagunya bagus, dialognya menyenangkan untuk diserapi. Kamu bisa apdet status fesbuk pake kata-kata di dialog film ini. Aku suka gaya Summer Finn, walau pasti agak freaky kalo kita yang pake semua gaun dan tata rambut itu, hahaha...

Nah, besok saya punya waktu seminggu lagi, gak kemana-mana gak punya duit (karena gak kuliah, jadi gak dapet uang saku), jadi saya mungkin cuma di rumah, baca buku dan nyicil bikin tugas. Aku akan menyelesaikan The Rye dan Bovary. Membiarkan mereka memasuki kepalaku lewat mataku yang sedang membaca lagi. Melarikan diri dari duniaku dan memasuki kenyataan fiksi.

So, see yaa :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar