Baru-baru ini aku baca bukunya Paulo Coelho, judulnya 11 menit. Buku ini bercerita tentang Maria, gadis Brazil beragaman Katolik yang terdampar di Jenewa, Swiss (enak bener ya, terdampar kok di Swiss). Karena dia elok rupawan tiada tandingan, dia pun gampang banget menarik hati lelaki dan akhirnya terjerumus ke praktek pelacuran. Dia menyatakan bahwa prostitusi yang dia lakukan adalah terkendali, dan semata-mata dia lakukan hanya untuk mendapatkan uang supaya bisa membeli tanah pertanian untuk orang tuanya di pedalaman Brazil dan menjamin hari tuanya. Supaya ga ditipu di negeri orang, dia belajar bahasa Perancis dan meminjam banyak buku di perpustakaan. Awalnya dia mencari buku-buku sex karena dia bekerja di bidang itu. Tapi menurutnya pekerjaannya bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari dengan membaca buku, maka dia mulai membaca buku yang lain seperti ekonomi, manajemen pertanian, dan bidang-bidang lain. Maria pun diperhitungkan sebagai sundal intelek dan langganannnya pun dari kalangan berkelas karena dia bisa mengimbangi pembicaraan dan jalan pikir mereka. Pada suatu hari, dia bertemu dengan pelukis mempesona bernama Ralf Hart, dan tentu saja mereka lalu jatuh cinta. Setelah melalui tetek bengek percintaan ga wajar, penuh pungkiran, pengendalian diri, dan segala macam yang gak enak, akhirnya mereka jadian juga di akhir buku.
Ah, Paulo Coelho ternyata juga gak tahan memberi jodoh untuk tokohnya yang enggak wajar itu. Dari awal, seorang Maria digambarkan sebagai wanita kecewa yang kesepian, yang ga mau lagi menyentuh yang namanya cinta dari kekasih. Aneh bener. Padahal aku akan lebih puas kalo dia kembali ke Brazil dan membeli lahan untuk ortunya seperti tekadnya semula. Lalu nyombong ke temen-temennya yang menyebalkan kalo dia udah lihat salju, belajar bahasa Perancis, dan bertemu orang-orang penting.
Dan seperti biasa, seorang Coelho selalu menyisipkan nasihat nasihat bijak tentang kehidupan di sela-sela jalan ceritanya yang erotis (Coelho terlalu detail dalam adegan persenggamaan, sebaliknya menggambarkan sangat sedikit tentang apartemen Maria, perpustakaan, dan apa yang Maria lakukan lainnya). Coelho terdengar sangat memuja kebebasan, mendorong orang untuk mengejar mimpi, melupakan rutinitas kerjaan yang menurutnya kegiatan manusia menjual waktu. Ketika manusia bekerja, memburuh, untuk mendapatkan uang demi anak-anaknya, Coelho menyebutnya menjual waktu, sia-sia, dan manusia tidak akan mendapatkan waktu untuk berbahagia kembali. Manusia-manusia seperti ini, yang puas dengan pasangannya (yang tentu saja Coelho gambarkan akan selingkuh dengan pelacur atau teman sekantor, dan lama-lama gak lagi bergairah dengan suami/istrinya), menjadi pegawai negeri karena dorongan orangtua, banting tulang menghidupi anak-anak yang nakal, menjadi tua, bosan, menghabiskan waktu mengenang kehidupan yang telah lalu, lalu sadar mimpi masa muda mereka tak akan sempat mereka raih lagi, lalu mati dalam kepahitan.
Nah.
APAKAH SEORANG PAULO COELHO AKAN BERANI MENGATAKAN BEGITU DI DEPAN NENEKNYA SENDIRI??? Yah, aku gak kenal sama neneknya Paulo Coelho, tapi kalo dia punya nenek kandung yang sudah tua dan bosan, apakah Coelho akan bilang, "Nek, Nenek gak punya kesempatan lagi meraih mimpi Nenek. Tahun-tahun Nenek akan berjalan membosankan mulai sekarang dan Nenek akan meninggal membawa kepahitan."
Akankah neneknya atau ibunya akan bilang sama Paulo, "Gak semua orang mendapatkan tingkat pencerahan seperti kamu. Lagipula, kami kerja banting tulang, yang kamu sebut menjual waktu dan membuang impian itu, supaya kamu, anakku, jadi pintar seperti sekarang, dan bisa bikin buku tentang seks dan mengajari orang lain."
Membaca 11 minutes adalah membaca tentang tokoh-tokohnya yang semula adalah orang-orang biasa yang kamu temui di jalan-jalan manapun, dengan keluarga biasa-biasa saja, dan lingkungan yang biasa-biasa saja, tapi karena mereka (biasanya) begitu cantik jelita, mereka bisa menarik perhatian lelaki berpengalaman yang uangnya banyak sekali yang berhasil mengejar mimpi dan mengajari gadis-gadis beruntung itu untuk tidak takut mengejar mimpi mereka. Yang benar saja.
Aku punya pacar orang biasa, anak dari keluarga biasa-biasa saja yang mengharapkannya jadi pegawai negeri dan menikahi gadis berkerudung lalu hidup tenang. Padahal dia gitaris hebat yang ingin jadi rock star. Dia harus melupakan mimpinya dan harus hidup menderita jadi guru di sekolah-sekolah jelek. Coba dulu ibunya membolehkannya kuliah musik, sekarang mungkin dia udah jadi gitarisnya republik cinta. Dia jadi gak percaya siapapun dan mengutuk semua orang untuk nasib jeleknya. Aku juga ga bisa menolong dia karena dia ga suka baca novel kayak punya Paulo Coelho, dan setiap kali aku habis baca bukunya Paulo Coelho dan mencoba menasihati supaya dia mengejar mimpinya dan hidup bebas, ujung-ujungnya kami akan marahan. Dia akan bilang, "Kamu ga tau yang kamu omongin." "Omonganmu tu omongannya orang baca!" "Kamu menghakimi, kayak orang lain, bukan kayak pacar!"
Dia bilang, aku ga tau rasanya jadi dia. Kalo udah menghadapi orang tua yang sakit-sakitan dan mendekati pensiun, semua kata-kata buku panduan psikologis ga akan terasa nyata. Hiduplah di kepalamu sendiri kalo mau mengamalkan semua yang kamu baca di buku yang ditulis orang yang bahkan ga kenal sama kamu.
Well, salah siapa kalo kayak gitu ya? Kehidupanku biasa-biasa aja, impianku biasa-biasa saja (hidup tenang, berpenghasilan banyak, bisa punya perpustakaan di rumah) makanya aku mengalami petualangan orang lewat bacaan. Orangtuaku juga boleh-bolehin aku kuliah yang aku mau. Aku ga bisa menerapkan apa yang ditulis Coelho karena aku dan pacarku ga rupawan sehingga bisa terjerumus dalam petualangan seperti punya Maria. Atau punya Santiago. Atau punya Miss Prym. Atau Jandanya Nabi Elia.
Semua orang pasti punya impian dan petualangannya masing-masing. Membuang impian dan menjual waktu bukan berarti menyia-nyiakan kehidupan. Ada juga orang yang hidupnya datar dan dia bahagia. Ada orang yang puas bercinta tanpa harus ngeseks ga wajar kayak Maria dan Ralf Hart. Bahkan ada yang puas hidup tanpa seks. Hiduplah di kepalamu sendiri kalo mau mengamalkan yang kamu baca di buku yang ditulis orang yang bahkan ga kenal sama kamu, karena kalo tidak kamu akan menghakimi orang lain, keluargamu, dan dirimu sendiri, yang mungkin hanya ingin hidup tenang.
Ah, Paulo Coelho ternyata juga gak tahan memberi jodoh untuk tokohnya yang enggak wajar itu. Dari awal, seorang Maria digambarkan sebagai wanita kecewa yang kesepian, yang ga mau lagi menyentuh yang namanya cinta dari kekasih. Aneh bener. Padahal aku akan lebih puas kalo dia kembali ke Brazil dan membeli lahan untuk ortunya seperti tekadnya semula. Lalu nyombong ke temen-temennya yang menyebalkan kalo dia udah lihat salju, belajar bahasa Perancis, dan bertemu orang-orang penting.
Dan seperti biasa, seorang Coelho selalu menyisipkan nasihat nasihat bijak tentang kehidupan di sela-sela jalan ceritanya yang erotis (Coelho terlalu detail dalam adegan persenggamaan, sebaliknya menggambarkan sangat sedikit tentang apartemen Maria, perpustakaan, dan apa yang Maria lakukan lainnya). Coelho terdengar sangat memuja kebebasan, mendorong orang untuk mengejar mimpi, melupakan rutinitas kerjaan yang menurutnya kegiatan manusia menjual waktu. Ketika manusia bekerja, memburuh, untuk mendapatkan uang demi anak-anaknya, Coelho menyebutnya menjual waktu, sia-sia, dan manusia tidak akan mendapatkan waktu untuk berbahagia kembali. Manusia-manusia seperti ini, yang puas dengan pasangannya (yang tentu saja Coelho gambarkan akan selingkuh dengan pelacur atau teman sekantor, dan lama-lama gak lagi bergairah dengan suami/istrinya), menjadi pegawai negeri karena dorongan orangtua, banting tulang menghidupi anak-anak yang nakal, menjadi tua, bosan, menghabiskan waktu mengenang kehidupan yang telah lalu, lalu sadar mimpi masa muda mereka tak akan sempat mereka raih lagi, lalu mati dalam kepahitan.
Nah.
APAKAH SEORANG PAULO COELHO AKAN BERANI MENGATAKAN BEGITU DI DEPAN NENEKNYA SENDIRI??? Yah, aku gak kenal sama neneknya Paulo Coelho, tapi kalo dia punya nenek kandung yang sudah tua dan bosan, apakah Coelho akan bilang, "Nek, Nenek gak punya kesempatan lagi meraih mimpi Nenek. Tahun-tahun Nenek akan berjalan membosankan mulai sekarang dan Nenek akan meninggal membawa kepahitan."
Akankah neneknya atau ibunya akan bilang sama Paulo, "Gak semua orang mendapatkan tingkat pencerahan seperti kamu. Lagipula, kami kerja banting tulang, yang kamu sebut menjual waktu dan membuang impian itu, supaya kamu, anakku, jadi pintar seperti sekarang, dan bisa bikin buku tentang seks dan mengajari orang lain."
Membaca 11 minutes adalah membaca tentang tokoh-tokohnya yang semula adalah orang-orang biasa yang kamu temui di jalan-jalan manapun, dengan keluarga biasa-biasa saja, dan lingkungan yang biasa-biasa saja, tapi karena mereka (biasanya) begitu cantik jelita, mereka bisa menarik perhatian lelaki berpengalaman yang uangnya banyak sekali yang berhasil mengejar mimpi dan mengajari gadis-gadis beruntung itu untuk tidak takut mengejar mimpi mereka. Yang benar saja.
Aku punya pacar orang biasa, anak dari keluarga biasa-biasa saja yang mengharapkannya jadi pegawai negeri dan menikahi gadis berkerudung lalu hidup tenang. Padahal dia gitaris hebat yang ingin jadi rock star. Dia harus melupakan mimpinya dan harus hidup menderita jadi guru di sekolah-sekolah jelek. Coba dulu ibunya membolehkannya kuliah musik, sekarang mungkin dia udah jadi gitarisnya republik cinta. Dia jadi gak percaya siapapun dan mengutuk semua orang untuk nasib jeleknya. Aku juga ga bisa menolong dia karena dia ga suka baca novel kayak punya Paulo Coelho, dan setiap kali aku habis baca bukunya Paulo Coelho dan mencoba menasihati supaya dia mengejar mimpinya dan hidup bebas, ujung-ujungnya kami akan marahan. Dia akan bilang, "Kamu ga tau yang kamu omongin." "Omonganmu tu omongannya orang baca!" "Kamu menghakimi, kayak orang lain, bukan kayak pacar!"
Dia bilang, aku ga tau rasanya jadi dia. Kalo udah menghadapi orang tua yang sakit-sakitan dan mendekati pensiun, semua kata-kata buku panduan psikologis ga akan terasa nyata. Hiduplah di kepalamu sendiri kalo mau mengamalkan semua yang kamu baca di buku yang ditulis orang yang bahkan ga kenal sama kamu.
Well, salah siapa kalo kayak gitu ya? Kehidupanku biasa-biasa aja, impianku biasa-biasa saja (hidup tenang, berpenghasilan banyak, bisa punya perpustakaan di rumah) makanya aku mengalami petualangan orang lewat bacaan. Orangtuaku juga boleh-bolehin aku kuliah yang aku mau. Aku ga bisa menerapkan apa yang ditulis Coelho karena aku dan pacarku ga rupawan sehingga bisa terjerumus dalam petualangan seperti punya Maria. Atau punya Santiago. Atau punya Miss Prym. Atau Jandanya Nabi Elia.
Semua orang pasti punya impian dan petualangannya masing-masing. Membuang impian dan menjual waktu bukan berarti menyia-nyiakan kehidupan. Ada juga orang yang hidupnya datar dan dia bahagia. Ada orang yang puas bercinta tanpa harus ngeseks ga wajar kayak Maria dan Ralf Hart. Bahkan ada yang puas hidup tanpa seks. Hiduplah di kepalamu sendiri kalo mau mengamalkan yang kamu baca di buku yang ditulis orang yang bahkan ga kenal sama kamu, karena kalo tidak kamu akan menghakimi orang lain, keluargamu, dan dirimu sendiri, yang mungkin hanya ingin hidup tenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar