Setelah sukses menggelar Japanese Whispers Vol. 1 yang menghadirkan Texas Pandaa dari Jepang beberapa tahun yang lalu, Common People mengulang keberhasilannya dengan menghelat Japanese Whispers Vol. 2 di LAF Garden pada Sabtu (23/3). Dengan personel panitia yang kurang lebih sepuluh orang saja, event ini terkesan minimalis tapi digarap dengan maksimal. Walau hanya mengundang tiga band saja, nama-nama yang dipanggungkan tidak tanggung-tanggung: Dojihatori, jagoan brit-pop dari Yogyakarta, The Aftermiles, band indie-rock ibukota , dan tentu saja, Mitsume, dari Tokyo Jepang.
Dojihatori menjadi daya tarik tersendiri karena mereka sudah beberapa lama vakum. Event ini menjadi ajangcome-back Dojihatori bagi para penggemar yang sudah kangen. The Aftermiles juga menarik karena sudah mendapatkan penghargaan internasional untuk musiknya. Lagipula band ini cukup membuat kita penasaran karena vokalis barunya adalah aktor ternama Ringgo Agus Rahman. Sedangkan Mitsume merupakan band indie-pop Shibuya dengan lagu-lagu yang easy listening dan catchy.
Beruntung malam minggu itu agak terlalu cerah dan gerah, cuaca yang pas untuk bersantai di sebuah taman senyaman LAF Garden bersama teman-teman terbaik, sambil mendengarkan musik pop ceria. Sekitar pukul 19.00 orang-orang mulai berdatangan ke LAF. Terlihat antusiasme para penonton tergolong cukup tinggi, walau malam itu sedang ada banyak acara musik yang digelar di Yogyakarta (misalnya konser tunggal Agnes Monica dan debut konser Sarita Fraya). Terlebih lagi baru dini harinya ada peristiwa penembakan di Lapas Cebongan yang membuat suasana Jogja sedikit menegang. Tetap saja sekitar 250 orang memenuhi LAF Garden malam itu. Bisa dilihat para penonton terdiri dari berbagai kalangan anak muda. Ada wajah-wajah familiar dari berbagai scene musik yang hadir, bahkan di antara para penonton ada pula wajah-wajah mereka yang aktif di komunitas anime. Mungkin tema ‘Jepang’ yang diusung menjadi daya tarik bagi mereka yang notabene bukan dari scene musik.
Sambil menunggu acara dimulai para penonton berfoto di depan backdrop Japanese Whispers Vol. 2 yang memang disediakan sebagai semacam red carpet. Ada juga yang duduk-duduk di pinggir kolam ikan yang telah dihiasi dengan lampion kertas merah dan kuning yang mengapung dan bercahaya temaram. Beberapa yang lain berbelanja di stand memorabilia di utara panggung atau sekedar duduk-duduk di berbagai sudut taman.
Sekitar pukul delapan suara narator yang membacakan sambutan terdengar di seluruh venue. Acara ini memang dirancang tanpa MC, hanya narator tak terlihat yang membacakan editorial band yang akan tampil. Ketika Dojihatori naik panggung, resume mereka dibacakan, dan para penonton berkerumun di depan panggung sambil menyambut mereka dengan tepuk tangan meriah karena sudah tidak sabar melihat Windho, Yuma, Rinto, dkk kembali menampilkan set terbaik mereka. Malam itu mereka menampilkan lagu-lagu hits mereka seperti Lazy Bike, This Soul, Brainwashed, In the Stars, Trouble, Lights Up, 12 Siang, danHero For Myself. Penonton paling terlena ketika In the Stars dimainkan. “Look at me and you are in the stars…” gumam para penonton yang sudah hapal dengan line-line lagu hits dari album ‘I Know You, No, Not You’ itu. Selebihnya mereka terdayu-dayu dengan musik Dojihatori yang mau tak mau mengingatkan kita akan Oasis.
Dojihatori menjajah panggung dan penonton selama sekitar setengah jam. Di antara jeda, para penonton duduk-duduk santai di rumput dan di tangga depan panggung. Ketika The Aftermiles tampil, semuanya bersemangat lagi, berdiri dan menonton dengan antusias. Sayangnya The Aftermiles tidak tampil utuh. Ringgo yang ditunggu-tunggu ternyata berhalangan hadir. Bahkan pemain bass dan drummer mereka juga tidak melengkapi formasi band ini. Akhirnya hanya tiga orang anggota The Aftermiles yang tampil malam itu, yaitu Eddie, gitaris yang akhirnya merangkap menjadi vokalis juga, Yoga Pratama yang memainkan lead guitar, dan Maulana yang memainkan keyboard. Posisi drummer dan bass player diisi personel FSTVLST, Danish dan Moved. Menampilkan empat lagu saja, band ini bermain cukup total walaupun belum maksimal. Malam itu mereka memainkan Saint a Fakin’ Sinner, Kids on Riot, Today dan single terbaru mereka What You Say You Want. Berkali-kali Eddie mengungkapkan betapa senangnya mereka bisa manggung di Jogja karena melihat antusiasme penonton dalam menyaksikan penampilan mereka. Bahkan para penonton bisa lumayan ikut sing-a-long di lagu What You Say You Want yang menjadi lagu pamungkas. Seperti liriknya, lagu ini lumayan liberating dan memanaskan penonton yang kemudian bersiap menyaksikan Mitsume.
Ketika Mitsume naik ke atas panggung, semua penonton terutama yang perempuan, langsung bertepuk tangan dan berteriak-teriak. Para penonton terus-terusan memanggil-manggil nama Sanshiro dan Yojiro, pemain bass dan pemain drum mereka. Sebelum mulai memainkan setnya, Moto, sang pemain gitar dan vokalis, mengeluarkan kertas kecil yang ternyata contekan kata-kata berbahasa Indonesia yang berguna untuk menyambut para penonton. Kata-kata pertama: “Terimakasi… sugengu darru..” maksudnya “Terimakasih… sugeng dalu….”untuk mengucapkan terimakasih dan selamat malam kepada para penonton. Kalimat lanjutannya, “Karian ruar biasa…. Kami suka mie goreng… Kami semua masi jombro…” (Kalian luar biasa. Kami suka mie goreng. Kami semua masih jomblo) disambut histeris oleh para penonton perempuan. Belum habis teriakan-teriakan yang menyambut mereka, Mitsume mulai memainkan single mereka, Cider Cider. Mereka melanjutkan dengan memainkan lima lagu lainnya, Disco, Entotsu, Utsurou, Towers, 20 dan sebuah lagu baru yang belum mereka beri judul. Setiap kali lagu berakhir, Moto mengakhirinya dengan ucapan “Terima kasii” yang membuat penonton makin heboh bertepuk tangan. Semua lagu disambut dengan meriah, walau pun sepertinya tidak ada di antara penonton yang bisa ikutsing-a-long dengan liriknya yang berbahasa Jepang.
Setelah keenam lagu tersebut digeber habis, mereka turun panggung. Tapi para penonton sepertinya belum puas dan akhirnya bersama-sama berteriak kencang meminta encore. Akhirnya Moto, Mao, Yojiro, dan Sanshiro kembali naik ke atas panggung . Moto kembali membacakan kata-kata terimakasihnya, “Terimakasi kerena suda meminta encore. Karrian ruar biasa!” sebelum akhirnya menutup pertunjukan dengan dua lagu encore, Sankaku dan Kurage. Bisa dibilang dua lagu encore ini malah menjadi klimaks pertunjukkan. Mereka bermain total, berloncatan di atas panggung, dan puncaknya Sanshiro si pemain bass memanjat bass drum, dan memainkan bassnya dengan heboh ditimpali Yojiro yang seperti kesetanan menggebuk drumnya.
Setelah pertunjukan benar-benar berakhir, mereka turun panggung dan segera diserbu para fotografer dan penggemar yang minta foto bareng dan tanda tangan di CD album Mitsume. Baru setelah sekitar satu jam kerumunan penggemar menipis dan keempat laki-laki Jepang itu akhirnya bisa beristirahat. Para penonton pun pulang dengan membawa kegembiraan setelah menonton tiga band yang tampil maksimal.
Tidak hanya para hadirin yang terpuaskan, ternyata ada teman-teman di Jepang yang mengikuti event ini secara streaming lewat kanaltigapuluh.info. Salah satunya adalah pengguna akun twitter @raratiger yang berkicau “@Arprahran @KANALTIGAPULUH thanks to streaming, I enjoyed mitsume’s live in spite of staying in Japen. Terima kasi!” (Kepada Arkham dan KANALTIGAPULUH, terimakasih telah menyiarkan acara secara streaming. Saya dapat menikmati pertunjukan live Mitsume walau saya berada di Jepang. Terimakasih!). Acara ini memang disiarkan secara live streaming oleh radio online KANALTIGAPULUH.
Memang benar-benar event minimalis yang maksimal, dengan jangkauan kegembiraan yang jauh melampaui ruang.
Text by: Gisela Swara Gita
Photos by: Komang Adhyatma
Diterbitkan oleh Deathrockstar, 25 Maret 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar