
Tadi malam saya meledak marah.
Bahkan bukan marah, tapi meledak histeris.
Sebenarnya yang histeris itu bukan saya.
Tadi malam itu anak kecil norak di dalam diri saya, yang mengkerut dan takut karena selalu saya suruh sembunyi di dalam relung hati yang paling gelap. Dijejalkan di dalam ceruk sempit di antara suvenir-suvenir usang kenangan.
Anak kecil yang ketakutan karena tidak pernah didengarkan dan diijinkan untuk kelihatan.
Yang kelaparan kerena tidak pernah dipelihara.
Yang kesepian karena tidak pernah dibolehkan bermain.
Yang begitu memalukannya sehingga tidak boleh belajar.
Tadi malam adalah anak kecil jelek dan norak di dalam diriku, yang mendengar gunjingan.
Lalu dia meledak marah. dan menangis. menendang-nendang seperti bayi.
Dia tidak tahu bahwa dia sudah tumbuh dewasa, karena dia selalu dianggap tidak ada.
Dia tidak punya diri untuk mewujud.
Maka.
Dia memakai baju usang yang norak dan sungguh jelek. Potongan rambutnya memalukan, ucapannya membuat jengah pendengarnya.
Dia mewujud.
Dia mengambil alih selubung yang meringkusnya bertahun-tahun.
Yang dirajah buah ceri merah dan salib ankh.
Yang membawa bass merah dan menyanyi lantang di panggung yang gemerlapan.
Selubung palsu itu dirobek-robek dengan brutal, dengan kekuatan anak kecil yang merajuk dan tersinggung.
Maka.
Gisa
28 Maret 2010
28 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar